Ya, industri kreatif lokal, terutama komik, tengah berkembang pesat di tanah air. Banyak orang mulai mencicipi industri yang potensial dan penuh saingan ini, tidak terkecuali para penggemar jejepangan. Mereka mulai membuat fanart, menjualnya, kemudian “naik kelas” menjadi kreator IP, membuat karakter sendiri. Tidak jauh dari anime dan manga yang mereka konsumsi, mereka menerapkan gaya gambar yang terinspirasi dari anime yang mereka tonton. Risa Comics, Pandaclip, Yozhman, dan masih banyak lagi.
Meskipun penuh dengan pro dan kontra, apakah benar gaya gambar anime/manga masih diminati industri kreatif lokal hingga saat ini? Kali ini, Risa Media, bersama dengan salah satu ilustrator lokal Roux Crimsonella, mengadakan survei untuk membuktikan argumen di atas.
Kenapa Style Anime Diminati?
Kebangkitan industri kreatif lokal di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh anime dan manga. Hampir semua responden paham betul apa yang membedakan gaya gambar anime/manga dengan yang lainnya. Mata besar, hidung kecil, juga mengedepankan estetika karakter yang menarik. Anatomi dan proporsinya memang tidak realistis, tapi tidak terlalu abstrak seperti kartun barat, membuatnya mudah dimodifikasi sesuka hati. Mau dibuat moe, bisa. Dibuat sangar, bisa juga. Mau disederhanakan agar bisa digambar cepat? Pastinya bisa.
Lingkungan sosial juga mempengaruhi tumbuh suburnya gaya gambar anime/manga. Banyak komunitas gambar yang tersebar di ranah maya, hampir semuanya mengedepankan gaya gambar anime/manga, mengingat mayoritas anggota grup memang penggemar jejepangan. Adanya teman yang suka menggambar dengan gaya anime/manga juga mendorong teman-temannya turut terjun ke dunia industri kreatif.
Di mana ada pasar yang besar, di situlah ada orang yang turut meramaikan. Alhasil, produk kreatif dengan gaya anime/manga merebak di mana-mana, terutama ilustrasi dan komik. Penggemar jejepangan yang tadinya hanya menjadi konsumen, kini turut membuat karya tanpa meninggalkan hobi jejepangan mereka.
Style Anime yang Menuai Kontra
Meskipun gaya gambar anime/manga tengah naik daun saat ini, tidak sedikit pula yang kurang berminat. Salah satu alasan terkuat adalah stereotip “anime tontonan bocah” yang masih mengakar kuat. Selain itu, banyaknya ilustrasi pornografi dengan gaya gambar anime/manga turut mempengaruhi buruknya persepsi anime di mata masyarakat luas.
Bagi sebagian orang, gaya gambar anime/manga cenderung generik, monoton, dan minim ciri khas. Mata besar, hidung kecil, moe, warna mencolok, dan masih banyak lagi pengaruh anime yang masih tersisa dari semua gambaran mereka. Tidak hanya itu, kasus same face syndrome juga sering terjadi bagi mereka yang menggunakan style anime/manga, di mana satu karakter dengan yang lain memiliki muka yang sama, hanya berbeda rambut dan atributnya saja.
Tidak hanya di masyarakat, gaya gambar ala anime juga mendapatkan “diskriminasi” di ranah akademik. Di beberapa sekolah dan universitas, menggambar dengan style anime/manga haram hukumnya, sehingga karya Anda langsung dicoret oleh dosen. Menurut mereka, gaya gambar anime/manga itu kaku, kekanak-kanakan, dan juga menghilangkan esensi dari sebuah seni. Beberapa pelaku industri kreatif juga menyayangkan tren anime/manga ini, karena terlalu kejepang-jepangan dan “gak Indonesia banget”.
Untuk Mereka yang Berkarya
Terlepas dari pro dan kontra yang ada, toh gaya gambar anime/manga masih menguasai pasar industri kreatif Indonesia. Mayoritas hasil survei memandang gaya gambar anime/manga membawa lebih banyak dampak positif dibanding negatifnya.
Tidak ada salahnya Anda menggambar dengan gaya apapun juga, namun lebih bagus lagi jika Anda menguasai dasarnya, terutama anatomi dan proporsi. Mempelajari gaya gambar realis adalah salah satu cara untuk menguasai kedua hal yang menjadi titik lemah sebagian besar ilustrator dan komikus, bahkan yang terkenal sekalipun.
Mengingat persaingan pasar dalam bidang ilustrasi yang semakin sengit, mengembangkan keunikan dalam karya Anda adalah sebuah keharusan. Dengan adanya ciri khas, orang akan tahu dan mengingat karya Anda. Kenali target pasar Anda. Jangan terus menerus terlena di zona nyaman. Satu hal yang tidak kalah penting, banyak-banyak latihan, banyak-banyak berkarya, kurangi drama, karena tingkah laku juga mempengaruhi kinerja Anda sebagai pelaku seni.
Selamat berkarya dan tetap semangART!
Tulisan ini adalah opini pribadi dari penulis, tidak mencerminkan pandangan umum Risa Media. Survei oleh Roux Crimsonella. Penulisan oleh Excel Coananda.