Virtual Youtuber atau Vtuber akhir-akhir ini mulai menunjukkan tajinya. Sebagai sebuah konten hiburan, Vtuber menawarkan konten-konten yang mulai menarik kembali lagi para pecandu dunia pop kultur jejepangan yang mulai jenuh dengan menonton anime.
Penulis merasakan titik jenuh rutin menonton anime yang sedang tayang, hingga penulis sempat hiatus menonton anime selama hampir 2 tahun. Hasrat ingin menonton anime lagi sudah tidak ada, bahkan untuk menonton barangkali 2-3 menit saja sudah tidak mau. Namun, penulis saat itu masih ingin berkecimpung di dunia pop kultur jejepangan seperti dahulu.
Saat menonton Youtube, penulis tidak sengaja mendapatkan rekomendasi video tentang Vtuber, kalau tidak salah adalah video terjemahan dari tayangan langsung Natsuiro Matsuri (Hololive) yang menawarkan cerita unik tentang kesehariannya saat masih bersekolah dahulu. Penulis kemudian tidak sadar mulai terperangkap didalam jurang kegelapan Vtuber hingga kini.
Muncul dan Menghilang
Vtuber sebetulnya sudah cukup lama muncul, ditandai dengan debutnya Kizuna Ai pada akhir tahun 2016. Kemudian muncul Vtuber baru seperti Kaguya Luna, Mirai Akari dan lain lain. Namun demam Vtuber mulai memuncak pada tahun 2018-2019, dengan munculnya berbagai Vtuber yang didalangi oleh korporat. Teknologi pengenal gerakan wajah mulai bermunculan, ditandai hadirnya fitur tersebut di seri iPhone X. Kini, semua dapat menjadi Vtuber dengan hanya bermodal ponsel.
Bagai jamur di musim hujan, Vtuber mulai bermunculan setelah adanya teknologi tersebut. Namun, banyak juga yang gugur sebelum tenar. Biasanya, Vtuber yang memilih keluar dari dunia ini karena kurangnya motivasi untuk melanjutkan dan dukungan finansial yang kurang baik.
Vtuber menawarkan apa yang tidak bisa dihadirkan oleh anime atau manga, yaitu interaksi langsung antar penggemar dengan konten kreatornya. Konten yang disajikan juga sering mengajak penonton untuk berinteraksi langsung dengan Vtuber, seperti konten ngobrol bareng, konten game multiplayer, konten karaoke di mana penonton bisa request lagu, dan lain lain. Alhasil, perkembangan Vtuber makin menjadi, karena penonton merasa mereka sedang berinteraksi dengan temannya sendiri.
Ekspansi ke Luar Negeri
Korporasi Vtuber seperti Nijisanji dan Hololive melirik peluang menggiurkan untuk menambah pundi-pundi mereka dari fans luar negeri, sehingga perlahan mereka banyak merekrut talent yang mampu berbahasa Inggris atau bahasa Mandarin, dan memberanikan diri untuk membuka cabang di luar negeri. Vtuber biasanya menggunakan layanan Youtube, tetapi mereka juga mulai merambah pasar melalui penyedia layanan video lain. Salah satunya adalah Bilibili untuk menggait pasar Tiongkok, di mana Youtube tak dapat diakses di sana.
Ekspansi yang dilakukan perusahaan-perusahaan tersebut sendiri mengincar basis fans luar negeri mereka seperti Tiongkok, Korea Selatan dan Indonesia. Menurut data yang kami sadur dari salah satu kanal Youtube penerjemah streaming vtuber Jepang, data menunjukkan Indonesia sebagai peringkat kedua pengunjung kanal Youtube mereka terbanyak dibawah Amerika Serikat.
Pembukaan cabang adalah cara terbaik bagi mereka. Dengan menghadirkan Vtuber yang berbicara bahasa setempat dan mengerti budaya setempat, pelan tapi pasti basis penggemar dari negara tersebut dapat terbentuk. Lihat saja seberapa antusias para wibu saat debut tiga karakter Hololive Indonesia tempo hari.
Prospek Finansial Vtuber, Akankah Cerah?
Bagi kalian yang bertanya-tanya, seberapa besar pendapatan Vtuber yang melakukan live streaming itu? Rupanya, Higuchi Kaede dari Nijisanji pernah buka-bukaan membahas hal ini.
Singkatnya, jalur pendapatan dari setiap Vtuber tak jauh beda dengan idol. Ada jalur pendapatan dari Adsense Youtube, CD lagu, merchandise resmi, event, hingga endorse. Penggemar juga dapat berdonasi ke Vtuber favoritnya melalui Superchat, dan berlangganan Membership untuk mendapat konten live streaming ekslusif.
Memang, sebagian dana tersebut masuk terlebih dahulu ke kas agensi, dalam hal ini Nijisanji. Tapi ya, hal seperti itu juga sudah wajar terjadi.
Ancaman bagi Vtuber Lokal
Pembukaan cabang luar negeri yang dilakukan korporasi besar asal Jepang ini tentu saja mengancam para Vtuber indie lokal yang sudah cukup lama hadir di Indonesia. Banyak sekali Vtuber indie lokal yang tumbang karena ketakutan atas ekspansi besar-besaran dari Nijisanji dan Hololive. Bayangkan saja, ketika member Hololive Indonesia debut, mereka dapat dengan mudah sekali mendapatkan lebih dari 10.000 subscriber dalam waktu sangat singkat.
Seperti yang sudah dijelaskan Excel Coananda dalam artikel ini, para Vtuber lokal ini jelas bukan tandingannya dua pembesar Vtuber Nijisanji dan Hololive dalam hal dukungan pemasaran dan finansial. Tak jarang, mereka menggelontorkan dana pribadinya agar kanalnya dapat terus berjalan. Mirisnya lagi, tak sedikit Vtuber lokal yang hanya mengikuti tren Vtuber, merilis satu dua video, kemudian hilang jejaknya karena sudah tak berminat lagi.
Para Vtuber indie lokal sudah saatnya merancang target kedepannya agar tak mudah tergerus persaingan pasar. Hal mudah seperti memperbanyak kolaborasi dengan vtuber lain, termasuk Vtuber korporat (seperti yang Evelyn lakukan) dapat dilaksanakan. Namun, bila sudah dianggap mentok tak bisa jalan lagi, mengundurkan diri dengan baik-baik dari dunia Vtuber adalah cara terbaik, bukannya hilang tanpa jejak berbulan-bulan setelah menuai kesuksesan.
Penulis merasa Vtuber saat ini sudah terlalu banyak. Namun, pilihan yang banyak ini menjadi keuntungan bagi penonton. Penonton tinggal memilih Vtuber yang sesuai dengan selera mereka. Sama seperti idol, mereka harus berkompetisi dan berinovasi dalam menarik selera penonton. Mengamati pasar dan memenuhi ekspektasi dari fans adalah kunci populernya dunia hiburan.
Inovasi yang ditawarkan Vtuber sudah sangat mendobrak pop kultur jejepangan. Sekarang, yang harus dilakukan adalah memikirkan strategi konten dan pemasaran, agar tak digilas sesama Vtuber di pasaran.