12 November 2019, beberapa hari setelah film Sonic seharusnya rilis di bioskop, Paramount Pictures mengunggah video trailer film Sonic terbaru, dengan rupa Sonic yang lebih mirip game aslinya. Warganet bersorak gembira. SEGA dipuja-puja karena mau mendengarka keinginan penggemarnya. Meskipun demikian, ada pula sejumlah warganet yang menduga bahwa trailer Sonic bulan Mei lalu, hanyalah marketing stunt.
Menurutnya, trailer yang viral saat ini sebenarnya sudah disiapkan sejak lama. “Versi jeleknya” diunggah terlebih dahulu, agar warganet ramai membicarakan film adaptasi game tersohor ini. Jadi, saat trailer sebenarnya dirilis, warganet akan menganggap SEGA “mendengarkan keinginan penggemarnya”.
Apa itu Marketing Stunt?
Marketing stunt, atau juga disebut publicity stunt, adalah sebuah teknik marketing di mana seseorang/entitas sengaja melakukan sesuatu untuk mencuri perhatian pasar. Marketing stunt hadir dalam bermacam-macam rupa. Satu hal yang pasti, marketing stunt harus tidak biasa dan menarik perhatian pasar, atau istilah kekiniannya, S3 Marketing Harvard.
Meskipun terdengar mudah, marketing stunt tidak boleh sembarangan. Salah sedikit, citra entitas bisa jadi buruk. Salah satu contohnya adalah Ria Ricis, di mana ia sempat menyatakan pamit dari YouTube, hanya untuk kembali dua hari setelahnya. Kalian boleh menyukai atau membenci Ricis, namun aksinya ini mendapat banyak hujatan dari warganet, terutama dari mereka yang membencinya.
Selain contoh di atas, marketing stunt ternyata umum digunakan. Spanduk yang “menggantung” di atas, secara tersirat dan tersurat, membuat orang penasaran apa kata-kata selanjutnya. Masih ingat KKN Desa Penari? Atau Gojek yang mengantarkan makanan untuk Rich Brian di New York? Itu juga salah satu bentuk marketing stunt.
“Trailer Film Sonic itu Marketing Stunt!”
Kembali ke film Sonic. Seorang warganet bernama Reza Reza membuat asumsi bahwa trailer Sonic yang “ditolak warganet” Mei lalu, adalah wujud “S3 Marketing Harvard” dari SEGA. Untuk mendukung argumennya, ia memberikan sejumlah bukti.
Argumen Reza didasarkan pada tingkat kerumitan karakter Sonic itu sendiri. Bisa dilihat perbandingan trailer baru (kiri) dan trailer lama (kanan), kedua versi Sonic tersebut memiliki perbedaan anatomi yang signifikan, tidak lupa bulu-bulu yang sulit untuk dianimasikan. Ditambah dengan peran Sonic sebagai karakter utama, rasanya tidak mungkin, bahkan oleh perusahaan besar sekalipun, dapat mengubah semua itu hanya dalam waktu 9 bulan.
Tambahnya lagi, jika film Sonic benar-benar dirombak total dan bukan marketing stunt, biaya pembuatan film akan membengkak gila-gilaan. Habis waktu, tenaga, biaya pula. Lagipula, marketing stunt dalam bidang pop kultur bukanlah hal baru. Rockstar pernah melakukannya dalam mempromosikan game GTA V.
“Trailer Film Sonic Bukan Marketing Stunt!”
Argumen berlawanan datang dari Fira Andzani, komikus Panneko yang juga bagian dari Lingkarya Moesia. Menurutnya, trailer film Sonic bukanlah marketing stunt, melainkan sebuah murni kesalahan. Kata-kata “S3 Marketing” tidak cukup untuk mengimbangi hujatan dan rasa malu yang ditimbulkan dari trailer lama. Tidak cukup dihujat warganet, Yuji Naka, selaku pencipta karakter Sonic, juga tidak menyukainya.
Fira juga menunjukkan bukti lainnya, yakni figur Sonic dengan desain menyerupai trailer lama. Figur ini adalah bagian dari kontrak antara SEGA dan perusahaan mainan untuk memproduksi merchandise dari filmnya. Jangan lupa, SEGA juga terikat kontrak dengan Puma untuk memproduksi sepatu bertema Sonic. Bayangkan, mempermainkan kontrak yang sudah disepakati hanya untuk mencari perhatian? Risikonya terlalu besar, citra perusahaan bakal runtuh di mata mitra kerjasama.
Perubahan tidak hanya dilakukan pada desain Sonic, melainkan juga tagline dan tone dari trailer tersebut. Jika trailer lama hanya marketing stunt, isi trailer seharusnya tak jauh berbeda. Tidak hanya itu, trailer lama juga dihapus dari akun YouTube Paramount Pictures. Sutradara buru-buru meminta maaf. Mereka langsung berkonsultasi dengan SEGA agar dapat membuat revisi film Sonic yang lebih dapat diterima masyarakat.
Daripada tetap melanjutkan dengan desain yang sama dan pasti merugi, lebih baik bekerja ekstra untuk mendesain ulang karakter Sonic agar lebih dapat diterima, setidaknya mengambil sedikit keuntungan.
Sampai saat ini, belum ada pernyataan resmi yang mengiyakan bahwa trailer lama hanya marketing stunt. Setidaknya, film Sonic sudah menjadi lebih baik, dan warganet menyukainya.