Pada era yang serba terhubung ini, sulit rasanya menjauhi hiburan yang berasal dari luar negeri. Tak terkecuali anime, produk industri kreatif Jepang yang sejak dulu sudah diminati oleh dunia.
Dari hasil tren pencarian Google, ada 25 negara yang memiliki banyak populasi wibu. Jepang, secara tidak mengejutkan, ada di posisi puncak. Indonesia menduduki posisi keenam. Mau tahu yang lebih mengejutkan? Ada empat negara Timur Tengah yang masuk dalam daftar wibu terbanyak, dan Arab Saudi berada di posisi ketiga!
Tentu kalian mulai berpikir bagaimana bisa, negara-negara yang dikenal religius ini, memiliki banyak populasi wibu di dalamnya? Dari sekian banyak wibu di seluruh dunia, kenapa wibu Timur Tengah ini tak bisa dianggap remeh?
Menjadi Wibu Sejak 80-an
Dibanding negara-negara lain di dunia, negara-negara Timur Tengah bisa dibilang tertinggal dalam urusan penyiaran televisi. Siaran televisi pertama di Arab Saudi baru dimulai di tahun 1965, dan mendapat banyak pertentangan dari kaum ultra-konservatif di sana. Mereka menganggap penggambaran rupa manusia, termasuk di layar kaca sekalipun, adalah hal tabu. Terlepas dari pertentangan yang ada, rakyat Arab lambat laun mulai menerima televisi sebagai media hiburan mereka.
Pada masa itu, hiburan lokal yang dapat ditayangkan di televisi masih sedikit, sehingga impor tayangan menjadi satu-satunya pilihan. Banyak dari tayangan tersebut adalah anime-anime dari Jepang, yang juga familiar di Indonesia. Doraemon, Dragon Ball Z, Honey Bee Hutch (Hachi), Captain Tsubasa, Hamtaro, dan Hunter x Hunter adalah beberapa di antaranya. Tidak hanya di Arab Saudi, budaya wibu 80-an dan 90-an ini menyebar ke negara-negara lain di Timur Tengah, dari Mesir, Kuwait, Qatar, Uni Arab Emirat, Suriah, hingga Yaman. Saat perang saudara tengah berkecamuk di Lebanon, anak-anak di sana menjadikan anime sebagai pelepas rasa takut.
Sama seperti di Indonesia, anime-anime yang masuk harus terlebih dahulu disulihsuarakan (dubbing) ke bahasa setempat, yakni bahasa Arab. Tidak hanya itu, mereka juga mengganti nama-nama karakter anime menjadi nama Arab. Masih ingat pemain bola dari kesebelasan Nankatsu? Orang-orang Arab menyebutnya Captain Majid!
Wibu Timur Tengah Saat Ini
Saat anak-anak 90-an ini beranjak dewasa, sebagian dari mereka meninggalkan anime. Mereka beralih menggemari hiburan-hiburan Barat yang juga populer di Timur Tengah. Sebagian dari mereka tetap menjadi wibu, di mana Naruto, Bleach, dan One Piece menjadi favorit mereka. Kali ini, mereka tidak menontonnya dari televisi. Koneksi internet yang semakin cepat dan banyaknya fansub di sana, membuat episode-episode baru dengan sub Arab muncul tak lama setelah rilisnya di Jepang.
Masih ingat dengan Spacetoon? Ya, saluran masa depan tersebut mengawali siarannya di Timur Tengah. Berkantor pusat di Dubai, Spacetoon Arab mengawali siarannya pada tahun 2000. Spacetoon di Indonesia baru bersiaran tahun 2005, tetapi kemudian tutup pada tahun 2013 dan digantikan oleh NET.
Anime tak lagi hanya tontonan anak-anak. Remaja dan orang dewasa juga berbondong-bondong menjadi wibu. Masih ingat pangeran Arab Saudi yang sempat menggegerkan ranah maya? Selain seorang gamer, ia juga merupakan seorang wibu.
Tidak hanya menjadi konsumen, Timur Tengah kini juga sudah memproduksi animasinya sendiri. Sebut saja Desert Knight hasil kerjasama Arab Saudi dan Jepang, atau Woodcutter’s Treasure yang sempat tayang di TV Tokyo.
Qatar, negara kecil di pinggiran teluk Persia, memproduksi animasinya sendiri yang terinspirasi dari anime Jepang. Bertajuk 2030: Future of our Nation, animasi berdurasi 1 jam ini menceritakan tentang optimisme Qatar yang akan menjadi negara maju di tahun 2030.
Seperti Apa Festival Anime di sana?
Bagaimana soal event? Tentunya ada, meskipun belum benar-benar sebanding dengan Indonesia, Malaysia atau Filipina. Ada dua acara yang menjadi sorotan dalam artikel ini, yakni Saudi Comic Con dan Saudi Anime Expo.
Saudi Comic Con adalah event comic con pertama di Arab Saudi, dan diselenggarakan di Jeddah pada tahun 2017 lalu. Meskipun produk pop kultur Barat mendominasi acara, keberadaan anime juga tidak boleh dianggap remeh. Harga tiket masuknya dimulai dari 115 riyal (Rp 430.000), terlampau mahal untuk standar orang Indonesia.
Sama halnya saat televisi pertama kali bersiaran di Arab Saudi, Saudi Comic Con sempat menuai kontroversi. Kaum ultra-konservatif melabeli acara ini sebagai “acara penyembahan setan”, dan mengajak orang-orang memboikot acara ini. Meskipun demikian, Saudi Comic Con terbilang sukses, dengan jumlah 20.000 orang yang hadir.
Para wibu Timur Tengah tampaknya tak perlu menunggu lama untuk mendapatkan acaranya sendiri. Bertajuk Saudi Anime Expo, festival anime yang dinanti-nanti akhirnya tiba di tanah Saudi. Acara ini akan diselenggarakan di Riyadh tanggal 14-16 November mendatang. Festival ini mengundang berbagai artis papan atas, dari FLOW, DJ Kazu, hingga Linked Horizon! Baru saja melihat rangkaian acaranya, rasanya jadi ingin ke sana. Apalah daya uang tak sampai.
Beberapa waktu lalu, Saudi Anime Expo juga mengadakan lomba desain karakter. Pemenangnya terlihat sangat meyakinkan. Kental nuansa Arabnya, tapi juga tetap waifuable.
Usut punya usut, pengadaan acara pop kultur ini bukanlah tanpa alasan. Selain menjawab antusiasme penggemar pop kultur di Timur Tengah, acara ini juga merupakan bagian dari Saudi Vision 2030, sebuah program kerja Arab Saudi agar tidak terus menerus bergantung ekonominya pada minyak bumi. Salah satu bagian dari program ini adalah pariwisata, yang erat kaitannya dengan industri kreatif.
Melihat perkembangan pop kultur jejepangan di Timur Tengah, mereka tentunya telah melewati banyak hal mulai dari sarana hiburan masa kecil, pelipur lara saat perang saudara, hingga memiliki event tersendiri. Wibu Timur Tengah mempunyai ceritanya tersendiri, yang mana cerita tersebut masih terus berlanjut hingga masa kini, dan masa yang akan datang.