Pihak berwenang Jepang, termasuk Badan Pengelolaan Bencana dan Kebakaran, telah meminta bagi pom bensin di seluruh negeri, melalui grup-grup industri, untuk selalu mengecek identitas pelanggan dan tujuan mereka ketika membeli bensin dalam jerigen. Pihak yang sama juga telah meminta pom bensin untuk mencatat penjualan mereka.
Harapannya, para individu-individu yang mencurigakan dapat diidentifikasi dan menghindari kejadian-kejadian seperti kebakaran di Kyoto silam.
Namun, beberapa orang khawatir prosedur yang diperketat ini dapat menyebabkan masalah-masalah lain, dan beberapa pihak lainnya telah mempertanyakan efektivitas perubahan ini.
Seorang pegawai pom bensin di Kyoto telah mencatat penjualan seperti yang diinstruksikan. Meskipun menghabiskan waktu, namun banyak pelanggan yang setuju akan prosedur tersebut. Namun, pegawai lain telah mempertanyakan skenario jika pelanggan tak setuju dengan pencatatan tersebut. “Kalau kami menolak menjualnya (bensin), nanti akan muncul masalah lain” ujarnya.
“Kalaupun kita tanya untuk apa bensinnya, kita tidak tahu apakah kita dibohongi” ujar salah satu pihak berwenang dalam grup industri bensin di Prefektur Kyoto. “Apa gunanya larangan?” lengkapnya.
Meskipun begitu, Nobuo Komiya, seorang profesor dari Universitas Rissho, telah menyatakan bahwa prosedur konfirmasi identitas dapat mencegah orang-orang untuk melakukan tindakan kriminal secara impulsif, namun hal tersebut tak cukup untuk mencegah orang-orang yang berani mati dalam melakukan tindakannya.
“Yang kita butuhkan adalah langkah-langkah untuk mencegah orang-orang yang akan melakukan tindakan kriminal” ujarnya.
Sejak kebakaran dalam studio KyoAni, telah terdapat beberapa ancaman serupa. Pameran seni kontroversial di Prefektur Aichi telah ditutup karena menerima pesan “Aku akan datang dengan jerigen bensin”. Pada saat lain, seseorang pria paruh baya telah ditangkap karena mengancam akan membakar kantor Square Enix dengan cara serupa.
Kejadian-kejadian seperti ini juga telah terjadi di Tokyo dan Hokkaido.
Sumber: Japantimes