Event bertemakan Pop Kultur Jepang sudah membanjiri Indonesia, setiap minggunya bahkan di kota atau kabupaten yang tidak pernah ada event pop kultur Jepang tiba-tiba ada yang menyelenggarakan. Namun, sangat disayangkan banyak Event Organizer (EO) atau organisasi yang nekat membuat event setengah hati dengan membuat event dengan kualitas yang seadanya, bahkan tidak jarang event dibatalkan mendadak padahal calon pengunjung banyak yang sudah membeli tiket yang harganya sudah naik drastis pasca pandemi.
Paripico hadir dengan semangat memperbaiki kualitas event-event pop kultur Jepang terutama di wilayah Yogyakarta, dengan harapan para penggiat event bisa mempelajari dan terinspirasi untuk menghadirkan event yang lebih berkualitas kedepannya. Paripico yang pada acara kali ini mengusung tema utama Japanese City Pop 1980an menghadirkan pengalaman event terbaik bagi khalayak Yogyakarta dan sekitarnya.
Dengan fokusnya yang sangat peduli dengan industri kreatif yang perkembangannya sangat masif, Paripico berkonsep utama sebagai pasar kreator yang menyerupai Comic Frontier (CF) bahkan Comic Market (Comiket) yang mahsyur namanya di dunia pop kultur Jepang. Meskipun para penggiat pop kultur Jepang menganggap Paripico muncul sebagai saingan CF yang berdiri sendiri sebagai event kreator terbesar di Indonesia, panitia dengan tegas menolak anggapan bahwa Paripico hadir untuk menantang CF atau event-event sejenisnya.
Tempat yang dipilih oleh Paripico sangatlah menarik. Terminal B bandara internasional Adisutjipto yang kosong semenjak semua penerbangan pesawat jet dari dan menuju Yogyakarta dipindah ke bandara YIA (Yogyakarta Internasional Airport) di kabupaten Kulon Progo dan semua penerbangan sipil menggunakan pesawat baling-baling dipusatkan di Terminal A, menjadi pilihan panitia Paripico untuk menjadi venue acara. Mohon koreksi saya kalau salah, Paripico menjadi event pop kultur Jepang pertama di Indonesia yang menggunakan bangunan dari bandara aktif sebagai tempat penyelenggaraan event.
Berkat tempat penyelenggaraan yang unik, Paripico berhasil menarik para kreator dan pengunjung yang tidak hanya berdomisili di Yogyakarta dan sekitarnya, bahkan kreator dan pengunjung dari Jakarta, Bandung, dan kota-kota besar di Indonesia menyempatkan diri hadir di acara Paripico.
Event yang berjalan selama 2 hari pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 20-21 Maret 2023 lalu ini berjalan diluar dugaan semua orang. Event berjalan sangat lancar, dan tidak ada drama yang lazim ditemui pasca event!
Pemilihan tempat di Bandara Adisutjipto mungkin berpengaruh banyak dengan ketiadaan drama yang muncul karena sepanjang event, banyak sekali pihak-pihak seperti Aviation Security (AvSec) dari PT. Angkasa Pura I, Polisi Militer, dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) ikut berjaga dan mengamankan wilayah Bandara Adisutjipto yang masih dimiliki TNI AU. Alhasil selama berada di event Paripico, pengunjung menikmati keseruan event tanpa khawatir ada masalah dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Jejak-jejak masa kejayaan bandara Adisutjipto di masa lampau masih terlihat jelas dan menjadi ornamen pemanis yang tidak bisa dipisahkan dari Paripico. Terminal B Bandara Adisutjipto yang kosong benar-benar dimaksimalkan oleh panitia Paripico seperti menempatkan area pembelian dan penukaran tiket dilayani di bekas customer service Sriwijaya Air dan NAM Air sehingga pengunjung diajak bernostalgia ketika tiket pesawat masih bisa dibeli secara langsung di bandara. Area Komiket sendiri memanfaatkan bekas ruang tunggu Terminal B dan langsung menghadap area Apron dan Runway Bandara Adisutjipto sehingga para pengunjung dan kreator yang berjualan bisa melihat pesawat take off dan landing pada jam-jam tertentu.
Penempatan posisi komiket ini sangat memanjakan para kreator atau pengunjung yang kebetulan penggemar aviasi karena pesawat yang lalu lalang di Bandara Adisutjipto saat acara berlangsung tidak hanya pesawat sipil seperti ATR72-600 milik maskapai Wings Air dan maskapai Citilink yang landing dan take off, tetapi terdapat pesawat-pesawat kecil seperti Beech King Air milik Badan Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BBKFP), pesawat jet pribadi, dan bahkan pesawat militer milik TNI AU menemani para kreator dan pengunjung Paripico.
83 lingkarya (Circle) Kreator memenuhi area Komiket dengan menawarkan berbagai produk buatan sendiri seperti fanbook/doujin, gantungan kunci, poster, jasa menggambar di tempat (live drawing), dan lain sebagainya. Banyak pengunjung yang mengakui area komiket di Paripico mengingatkan suasana saat penyelenggaraan CF seperti adanya tepuk tangan yang menggema saat salah satu lingkarya mendapatkan prestasi seperti pembelian yang banyak. Gairah pasar kreator ini menemani para pengunjung selama penyelenggaraan Paripico selama dua hari berturut-turut.
Panggung Acara ditempatkan di bekas ruang check in bersama booth komunitas. Meskipun tidak langsung menghadap apron dan runway bandara, sesekali terlihat melalui jendela rangkaian kereta api melewati rel di sebelah utara bandara.
Suasana panggung acara tidak kalah dengan area Komiket. Panitia Paripico menghadirkan tamu-tamu yang berkualitas untuk berbincang di atas panggung acara. Mulai dari para Kreator seperti Ghosty's Comic, ShinShinHye, Tanfidz T. Tidak lupa Cosplayer berpengalaman seperti John Switch, Yagaichi, Kururin dan tokoh-tokoh seperti Ruang Obrol dan Hyasinta dari Elex Media ikut menambah pengetahuan terkait dunia industri kreatif, terutama pop kultur Jepang yang berkembang pesat di Indonesia.
Panitia Paripico tidak menghadirkan Guest Star Idol seperti lazimnya event di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, namun mereka mengundang penyanyi anisong yang sedang naik daun seperti Hazuno, Vla-chan, AJ, Forysca & Saski serta DJ seperti Anifunkot, Rise X Rebellion, dan DJ Saddam sebagai Puncak dari acara Paripico. Acara Paripico yang juga menyusung sub-tema "wibu party" ini benar-benar mengguncang Bandara Adisutjipto.
Terdapat juga Lomba-lomba yang tidak kalah menarik seperti Henshin Challange, Lomba makan kare, dan Coswalk Competition. Coswalk Competition sendiri tercatat lebih dari 100 cosplayer beraksi di atas panggung dengan segala properti dan koreografinya berhasil menyihir pengunjung. Area panggung acara hingga area komunitas penuh sesak seperti di dalam kaleng sarden, sehingga area yang sebelumnya dingin menjadi panas karena AC dan kipas angin yang tidak kuat mengimbangi jumlah pengunjung.
Terminal B Bandara Adisutjipto yang pernah menjadi area publik aktif menjadi kelebihan lain dengan fasilitas penunjang yang baik dan melimpah. Fasilitas seperti jumlah toilet yang memadai, mushola yang ada di dalam gedung, area merokok di luar gedung, dan ketersediaan fasilitas transportasi umum seperti halte Trans Jogja dan Stasiun kereta api Maguwo yang dilewati oleh KRL Commuter Jogja-Solo menjadi kelebihan yang tidak bisa dilupakan.
Paripico benar-benar mengguncang para penggiat event di Yogyakarta dan sekitarnya. Di daerah yang sangat sensitif dengan harga, Tiket On The Spot (OTS) seharga Rp 40.000 untuk satu hari tentunya sangat mahal. Namun karena tempat penyelenggaraan yang berkelas, konten yang menarik, dan pengalaman berharga yang mungkin tidak pernah akan terulang lagi, terasa terbayarkan dengan sangat puas.
Sepanjang event hingga event selesai, tidak ada komentar sumbang bermunculan. Komentar positif terkait penyelenggaraan event Paripico sangat mendominasi percakapan dan status-status di media sosial pasca Paripico berlangsung.
Paripico membuktikan idealismenya berhasil. Paripico ingin penyelenggaraan event tidak didominasi oleh mencari massa dan uang semata, tetapi kenikmatan dan semangat untuk menghadiri event menjadi tujuan utama bagi penyelenggara. Semoga keinginan dari panitia Paripico bisa diwujudkan para penyelenggara event lain setelah acara Paripico 2023 ini berakhir.