COVER Corporation. Induk dari Hololive dan Holostars ini dalam 4 bulan belakangan ini sering sekali membuat fans kecewa dengan tingkah lakunya. Berbagai masalah yang terjadi menunjukkan kinerja dari pihak Public Relations (PR) – atau di Indonesia lazim disebut Hubungan Masyarakat (Humas) – dari COVER, sangat mengecewakan.
Sebagai mahasiswa yang mempelajari ilmu-ilmu dalam dunia humas, saya menilai COVER banyak sekali melakukan kesalahan dan terburu-buru dalam memberikan informasi tentang masalah yang mereka hadapi ke masyarakat luas. Mengapa saya bisa menilai sedemikian rupa?
Prahara Haachama-Coco yang Masih Berlanjut
Pertama, mari kita melihat dari drama yang masih terhitung baru, yakni drama Kiryuu Coco dan Akai Haato versus "fans" ultranasionalis Tiongkok. Berawal dari Haato yang tak sengaja menyebut kata "Taiwan" dalam streamnya, hingga memicu perang antara "fans" ultranasionalis Tiongkok dengan Hololive, fans Jepang dan fans Internasional. Buntutnya, Hololive cabang Tiongkok dibubarkan dan gangguan terhadap talenta Hololive masih terus berlanjut.
Dari kasus di atas, kita bisa melihat betapa buruknya kendali COVER sebagai induk dari Hololive dalam menangani kasus ini. Muncul dua versi rilis pers resmi dari COVER, di mana salah satunya yang berbahasa Mandarin sangat memihak ke kebijakan One China Policy yang dijunjung tinggi para "fans" ultranasionalis Tiongkok, satunya lagi berisi permintaan maaf ke fans Jepang dan internasional saja. Perbedaan klarifikasi seperti ini sangat vital, karena tindakan COVER dianggap bermuka dua dalam kasus ini, dan memperburuk citranya di masyarakat luas.
Mano Aloe dan Kisah Sedihnya
Kasus Mano Aloe juga sebenarnya juga menarik untuk diperbincangkan. Kesalahan memang murni dari talent di balik Mano Aloe, namun sikap COVER yang mungkin salah berkomunikasi juga patut dicermati.
Sebenarnya, humas tidak hanya berfokus pada hubungan perusahaan dengan pihak luar, namun juga hubungan antar pihak di dalam perusahaan itu sendiri. Dalam kasus Mano Aloe ini, sangat mungkin tidak ada komunikasi secara keberlanjutan dari humas atau manajer COVER terjadi. Hal ini mendorong kealpaan dari Mano Aloe yang lupa menghapus arsip tes videonya.
Meskipun Mano Aloe dalam kasusnya telah dihukum, namun seharusnya COVER tidak lupa dengan kondisinya. Mano Aloe pada saat itu (atau sampai sekarang masih) dalam kondisi terguncang, apalagi perilaku doxxing yang dilakukan oknum fans sudah terjadi. COVER seharusnya bertanggung jawab dengan keamanan – baik fisik ataupun non fisik – dari talentanya sendiri, meskipun ia sedang dalam masa hukuman.
Hiatusnya Yozora Mel dan Dampaknya
Hiatusnya Yozora Mel beberapa waktu lalu sempat memberikan tanda tanya sangat besar bagi fans. Mel pada saat itu tidak pernah mengabarkan kondisinya sama sekali lalu tiba-tiba hiatus stream dan hanya mengupload lagu cover dari Mel saja. Fans mulai bertanya-tanya dan mengkhawatirkan kondisi Mel.
Secercah harapan muncul ketika Mel akhirnya menjelaskan alasan di balik hiatus mendadaknya. Mel melalui status Twitternya menjelaskan, Mel mendapatkan serangan dari stalker, sehingga kejiwaan Mel terguncang dan terpaksa hiatus secara mendadak demi menangani kasus itu.
Mel menjelaskan bahwa ia juga telah berkoordinasi dengan pihak Hololive dan Kepolisian Jepang, namun tidak membuahkan hasil. Pihak yang dianggap Mel bisa membantunya ternyata tidak membantu sama sekali. Alhasil, Mel stres berat dan hiatus. Beruntung, temannya mengenalkan seorang pengacara yang mampu menyelesaikan masalahnya. Untuk rincian dari Twitter Mel, telah diterjemahkan dan dapat dibaca di sini.
Seperti yang saya bilang sebelumnya, COVER harus proaktif melindungi talentanya dengan baik. Mel yang merasa tidak dilindungi baik dari pihak COVER atau bahkan Kepolisian Jepang membuat Mel depresi berat. Dari kronologi diatas, dalam kasus ini semakin terlihat betapa buruknya hubungan struktural perusahaan COVER dengan talentanya. COVER juga tidak memberikan pernyataan jelas terhadap kondisi Mel yang sebenarnya ke fans, membuat munculnya berbagai spekulasi liar di kalangan fans.
Lupa Copyright? Serius?
Awal Agustus lalu, banyak video archive stream dari member-member – baik Hololive dan Holostars – menghilang secara mendadak. Kebanyakan yang menghilang adalah video cover lagu dan archive stream main game. COVER kemudian mengeluarkan sebuah rilis pers yang menyatakan permintaan maaf telah melanggar hak cipta. Nintendo disorot karena mereka memiliki peraturan dan lisensi terkait game mereka yang akan dijadikan konten video.
COVER lalu memutuskan untuk menyembunyikan atau menghapus archive stream member mereka yang berpotensi melanggar hak cipta. Sontak reaksi kecewa dari fans yang menyayangkan dihapusnya "harta karun" mereka.
Perjanjian Lisensi atau Copyright seharusnya dijunjung tinggi di Jepang, namun entah kenapa COVER menyepelekannya sampai kasus ini terjadi. COVER terlihat seperti perusahaan kemarin sore yang tidak paham lisensi dan seluk beluknya. Meskipun perlahan mereka melakukan perjanjian dengan pengembang game dan pemegang lisensi, mereka sudah mendapatkan citra buruk dari kasus ini.
Klarifikasi Seperlunya Saja, COVER
Terlalu seringnya pihak humas mengeluarkan sebuah rilis pers juga menimbulkan keheranan. Seharusnya humas wajib memberikan informasi tentang kondisi perusahaan dengan baik, benar, tepat, terencana dan tidak perlu bertele-tele. COVER dalam hal ini bertindak sebaliknya.
Seringnya COVER memberikan rilis pers juga menimbulkan kecurigaan fans yang membaca, sebenarnya apa yang terjadi sampai banyak sekali kasus-kasus yang harus melibatkan rilis pers? Sebenarnya kondisi di dalam COVER seburuk apa? Fans juga bertanya-tanya karena khawatir dengan keadaan Vtuber favorit mereka.
Yagoo, saya tahu kalian sudah berkerja semaksimal mungkin, tapi perbaiki manajemen humasmu daripada fansmu hilang satu persatu secara perlahan!
Aditya Putera Tanriawan. Mahasiswa D3 Hubungan Masyarakat (Humas) ASMI Santa Maria Yogyakarta.