Rasanya beberapa tahun belakangan ini pasti ada saja anime bergenre isekai yang diadaptasi setiap season-nya. Bukannya satu atau dua saja, melainkan bisa lebih dari 5 judul pada setiap musimnya. Mengapa genre ini mendapat begitu banyak adaptasi?
Apa itu Isekai?
Isekai berasal dari gabungan kata I (異) yang berarti lain dan Sekai (世界) dunia. Umumnya cerita dalam genre isekai dimulai ketika sang tokoh utama mengalami suatu insiden yang tidak terduga dan terlempar ke dunia lain. Tentu saja, selain dengan tabrakan sebuah truk atau masuk minimarket, masih banyak cara lain yang lebih masuk akal.
Setelah terlempar ke dunia lain, sang tokoh utama membangun kehidupan barunya yang biasanya terinspirasi dari MMORPG sebagai basisnya. Tentu saja mereka tidak membangunnya dari nol, tetapi mereka diberikan item starter, mulai dari kekuatan tidak terbatas, pedang super rare yang hanya bisa didapatkan ketika melawan raja iblis, atau seorang dewi yang selalu menemani kita pergi.
Lalu, mengapa begitu banyak literatur isekai saja yang mendapatkan adaptasi, sementara literatur yang boleh dikata sempurna dalam segi cerita dan artworknya tidak kunjung mendapatkannya?
Isekai Mudah Diproduksi
Lonjakan permintaan anime yang sangat besar dari dalam maupun luar negeri memaksa sebuah studio anime untuk terus memproduksinya setiap season apapun kondisinya. Tak heran, sering kita melihat anime “asal jadi” mendominasi pasar.
Hal ini diperparah dengan meningkatnya biaya produksi anime dari tahun ke tahun. Tidak sedikit kasus staf produksi yang tidak digaji sampai 3 bulan bahkan hingga sampai satu tahun.
Studio anime lebih memilih bermain aman dengan memproduksi anime yang mudah diproduksi dengan budget terbatas, tetapi tetap bisa menjaring banyak penonton. Genre isekai lah yang paling cocok dengan itu. Lalu, apa alasannya?
Pertama, tim produksi tidak perlu mengeluarkan effort berlebih untuk membangun dunia impian yang penuh dengan realitas didalamnya, dengan segala hal hal kecil didalamnya, seperti izin tinggal atau imigrasi dari Bumi. “Ini isekai broh, dunia yang bebas.”
Kedua, setting isekai yang cenderung sama di setiap serinya. Raja dalam sebuah kerajaan besar yang sedang diganggu pasukan iblis, tak lupa suasana latar abad pertengahan. Dua alasan itu cukup membuat animator atau ilustrator latar tidak perlu repot-repot membuat desain dunia dari nol. Menggunakan ilustrasi yang sudah ada dan mengubahnya sedikit menjadi suatu kewajaran dalam beberapa anime isekai.
Isekai Banyak Macamnya
Para penulis genre isekai berbondong bondong membuat cerita revolusioner yang tiada habisnya. Mulai dari hikkikomori yang mendapat kekuatan dewa, sampai program ke isekai bareng emak-emak. Semuanya bisa dilakukan di dunia yang bisa kita kreasikan sesuka hati ini. Hal ini yang menyebabkan jumlah literatur isekai sampai saat ini terus berkembang.
Isekai diibaratkan seperti sebuah kanvas kosong yang memberikan suatu kebebasan bagi para penulisnya untuk merancang sebuah dunia impian yang diidamkan penulisnya. Maka dari itu, sumber daya dari sebuah cerita isekai tidaklah terbatas. Dibuat seaneh apapun itu masih dapat ditolerir, sebab ini isekai.
Hal ini tentu berdampak baik bagi studio anime, dimanjakan dengan banyaknya varian cerita yang ada.
Isekai Surganya Fanservice
Sudah bukan rahasia lagi kalau anime isekai identik dengan genre harem, dan kita tahu potensi dari genre harem tidak lain adalah kadar fanservice yang terbilang banyak, meskipun kita tidak bisa menggeneralisasikan semua anime isekai begitu.
Industri memandang fanservice sebagai lahan marketing baru bagi anime. Persaingan antar industri yang semakin keras mendorong hal ini, dan itulah tujuan sebenarnya dari fanservice. Jika tidak bisa menarik minatnya, maka tariklah nafsunya. Bukan hanya nafsu birahi, fanservice lain berupa ASMR dari seiyuu misalnya, membuatnya lebih tidak sehat. Studio lebih senang mengeluarkan uang untuk menyewa seiyuu mahal daripada memperbaiki kualitas cerita atau animasinya.
Beberapa judul isekai masih memberikan fanservice dalam kadar wajar, tapi ada pula yang terkesan terlalu berlebihan. Seperti terbang bersama dewi yang pakaian terlepas karena kecepatan angin. Selain berlebihan, kadang fanservice-nya tidak masuk akal, dan disisipkan di momen yang tidak sesuai.
Isekai Sebagai Bentuk Pelarian
Kehidupan di Asia Timur, terutama Jepang, tidak seindah yang dibayangkan orang-orang. Kasus bunuh diri yang meningkat bukanlah tanpa sebab. Seorang professor yang tampak gembira akan pekerjaannya, meskipun kerja 12 jam sehari, ditemukan mati tergantung di ruang kerjanya. Di Jepang, pemandangan seperti ini sudah menjadi hal lumrah.
Umumnya kita lihat tokoh utama dari merupakan seorang hikkikomori pengangguran atau NEET yang terserang depresi berat. Perasaan itu muncul karena ketidakmampuan dirinya di dunia ini. Tuntutan berat dari budaya masyarakatnya yang super teratur dapat membuat mereka yang tidak mampu menyingkir. Kemudian, secara tiba tiba, ia terlempar menuju dunia lain, dunia yang selama ini mereka impikan.
Mereka yang awalnya seorang NEET tampil dengan bangga di dunia baru ini dengan kekuatan yang diberikan “dewa” untuk menjadi penguasa. Mereka dapat bebuat sesukanya, bebas dari segala hal yang mengekangnya. Apakah ada yang lebih menyenangkan dari hal itu?
Lalu pemilihan setting isekai yang cenderung kebarat-baratan bukanlah tanpa sebab. Obsesi Jepang terhadap budaya Barat sudah ada semenjak Restorasi Meiji. Pada masa ini, Jepang mulai terbuka terhadap pengaruh asing. Mulai dari dibolehkannya perayaan Natal di Jepang, hingga industralisasi ala Barat yang membuat jepang bangkit di awal tahun 1900-an. Walaupun pada periode Showa Jepang menjadi negara fasis, obsesi itu belumlah menghilang sampai saat ini. Jepang mengaggap bahwa budaya baratlah yang terbaik, dari persembahan kola di kuil sampai kloset duduk ala Barat di seluruh toilet umum Jepang.
Kesimpulan
Apakah eksploitasi anime isekai yang dilakukan oleh studio anime masih wajar?
Bisa iya, bisa tidak. Isekai sendiri merupakan suatu genre revolusioner yang dapat mengembangkan imajinasi penulisnya ke arah yang tidak terduga. Kita bisa merancang dunia kita sendiri, makhluk apa yang menghuninya, sampai sistem pemerintahan yang bisa kita buat segila mungkin, tanpa mengesampingkan kebudayaan Jepang lewat tokoh utama yang kita miliki.
Namun, isekai saat ini cenderung digunakan sebagai mesin uang bagi para studio, tanpa peduli dengan kualitas animasinya, Studio lebih mementingkan fanservice atau seiyuu demi keuntungan perusahaan. Metode ini akan menghasilkan keuntungan lebih cepat, namun tidak bertahan lama. Pada saat inilah, studio akan memilih judul lain dan memproduksinya dengan cara yang sama, menjadikan sebuah siklus setan di dalam produksi anime isekai.