Genfest 2019 telah dilaksanakan pada 17 Maret silam. Acara ini sendiri berlangsung mulai dari pukul 10.00 sampai 19.30 malam dengan keramaian pengunjung yang bertahan dari awal sampai akhir di gedung Aula Barat ITB, Bandung. Venue sendiri sesuai dengan tema acara tahun ini, yaitu medieval.
Acara sendiri dipenuhi oleh stand circle dan komunitas, menampilkan karyanya masing-masing.
Terdapat beragam jenis karya yang ditampilkan, seperti novel pendek dari LightNovel.ID, karya bertemaTouhou Projects dari The Great Conspiracy Theory, dan tema meme Polandball dari Davantoz, serta beragam jenis dan bentuk artwork dari stand lingkarya, seperti Doujin Dalam Botol, Lingkarya Moesia, dan Parapuri. Tidak hanya karya cetak, banyak stand yang juga menawarkan permainan gim langsung,seperti stand gim Haikyu! Volleyball Card Game dari Brain Navi. Selain itu, Genfest ini sendiri juga didukung oleh Ponimu, aplikasi streaming anime yang berlisensi.
Dari komunitas sendiri, terdapat Closers Bandung Community, Kameko (Komunitas Fotografer Cosplay Bandung), Bandung IM@S Community, dan Gwaith-I-Megyr, stand HEMA (Historical European Martial Art) yang berspesialisasi dalam ilmu pedang. Komunitas yang terakhir ini juga menampilkan keahlian berpedangnya dalam acara. Selama berlangsungnya acara juga dilaksanakan Costreet Competition dimana para cosplayer, beberapa di antara mereka menggunakan kostum medieval, menampilkan diri. Dari para komunitas, seperti Gwaith-I-Megyr, juga ikut menampilkan keahlian ilmu pedangnya. Acara diakhiri dengan genVoca, konser Vocaloid dari Genshiken, berisikan para vocaloid seperti Hatsune Miku, Kagamine Rin dan Len, Kaito, IA, dan GUMI. Genfest sendiri merupakan program dari Genshiken ITB, unit studi budaya visual modern yang mempelajari pop culture dari dalam maupun luar negeri. Genshiken berisi enam divisi: game, ilustrasi, musik, pengembangan, cosplay, dan story, dengan divisinya masing-masing. Genshiken pertama didirikan untuk mempertemukan mereka yang memiliki minat dan bakat yang sama. “Ada yang mau bikin gim, nih, tapi nggak ada temannya”, ujar Nathanael, Kepala Divisi EO. “(Genshiken) mewadahi anak-anak ITB yang mau ikut dalam industri kreatif.”
Genfest diadakan sebagai sarana fasilitasi para kreator Bandung untuk bertemu, menampilkan, dan menjual karyanya. “Di Bandung jarang event seperti ini, seringnya di Jakarta. Kami menawarkan fasilitas di sini dengan slot yang dekat dan harga yang lebih terjangkau” terang Nathanael lebih lanjut. Senada dengan spirit ini, salah satu syarat kreator untuk berpartisipasi adalah dengan menjual karya orisinil. “Genshiken sendiri unit industri kreatif”, ujarnya, “dan pernah mendapatkan kasus nyolong tanpa izin. Itu nggak enak.” Genfest sendiri akan ikut berkembang, tahun ke tahun, baik volume maupun jumlah stand yang ada. Untuk para kreator sendiri, terutama kreator Bandung dan sekitarnya, Nathanael berpesan agar industri kreatif Indonesia semakin berkembang. “Saya sendiri kreator, membuat gim,” ujarnya. “dan pasti selalu ada masalah. Selalu semangat, jangan letih berkreasi.”
Penulis: Muhammad Naufal Hanif