Mendengar kata Virtual YouTuber, atau yang akrab disebut VTuber saja, di masa sekarang tampaknya sudah menjadi sesuatu yang umum bagi para penikmat pop kultur Jepang, mungkin tingkatannya mulai mengarah kepada setara dengan anime, J-Pop, bahkan drama-drama Jepang lainnya yang telah sejak dahulu menjadi pemain utama dalam lingkaran pop kultur Jepang terkhusus di Indonesia.
Padahal dua atau tiga tahun yang lalu, terlepas eksistensinya, VTuber bukanlah sesuatu yang spesial melainkan sama halnya memandang seorang streamer dengan bonus nyanyian dan disajikan dalam bentuk dua dimensi.
VTuber yang menyajikan konten-konten dengan mengacu kepada ranah pop kultur Jepang berhasil mencapai kesuksesannya dapat menyeimbangi dengan bidang-bidang lain dalam sebuah lingkaran kultur yang sama.
Namun, imbas dari kesuksesan ini tidak hanya meraih capaian penggemar secara pesat, melainkan pula berhasil tercantum ke dalam sebuah buku pelajaran SMA di Jepang yang notabenenya memiliki tingkat sistem pendidikan yang terbilang mumpuni pun memasukkan VTuber sebagai salah satu referensi pengetahuan yang dirasa perlu untuk dikembangkan pada siswa-siswa di sana.
Hal tersebut bukan hanya menjadi sorotan dalam negeri saja, tetapi juga mancanegara terutama di kalangan komunitas penggemar VTuber yang sebagian besar merasa kagum bahwa talenta-talenta kesukaannya telah dicantumkan ke dalam buku yang menjadi ranah publik bukan hanya penikmat pop kultur saja.
Lantas, semata-mata hal ini tentu bukanlah ketidaksengajaan dari penerbit buku maupun Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Olahraga Jepang, tetapi pasti ada sebuah alasan mengapa ini bisa terjadi yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Popularitas VTuber
Kontribusi akan marak dan meluasnya jangkauan penikmat VTuber sendiri tidak dipungkiri bahwa masa-masa sekarang, sebagai efek pandemi COVID-19, yang mendorong untuk berselancar di internet lebih banyak dan lebih leluasa dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya memunculkan waktu untuk mencari hiburan dalam satu platform bak menyelam sambil minum air semakin menjelaskan mengapa ranah pop kultur Jepang semakin gencar untuk aktif bahkan menjangkau ranah publik dalam proporsi konsumsi hiburan.
VTuber yang menghadirkan konten berbeda dalam ranah pop kultur ini rasanya menjadi salah satu alternatif yang dapat membuat penontonnya tersajikan kesan baru di kala menunggu atau bosan dengan konten arus utama Jepang.
Jika memang dipandang secara umum, tidak ayal VTuber semata menyajikan konten serupa dengan streamer berupa bermain game, bernyanyi lagu-lagu populer, bahkan interaksi dua arah dengan penonton memiliki kencenderungan kesamaan bagi kedua unsur tersebut.
Popularitas yang dapat dihadirkan VTuber adalah menghadirkan konten alternatif bagi para penikmat pop kultur Jepang baik dari segi karakter yang berupa dua dimensi, berfokus kepada pop kultur Jepang seperti anime maupun J-Pop, bahkan penyajian interaktif kepada penonton yang notabene cukup berbeda dengan streamer pada umumnya, seperti misalnya adalah nonton, main, hingga diskusi bareng penonton secara khusus inilah melengkapi alasan-alasan kepopuleran VTuber mendongkrak tajam.
Bahkan belakangan ini, berakibat istilah VTuber sudah tidak asing didengar, apalagi untuk yang tengah menjalani hobi jejepangannya. Kehadiran VTuber sendiri sudah jauh lebih lama semenjak tahun 2018-an, tetapi masih teranggap setara dengan streamer pada umumnya.
Sempat mencuat kembali di rentang tahun 2018 hingga 2019 pertengahan dengan hype-nya Kizuna Ai yang mengusung konsep selangkah lebih maju, yaitu melalui show singkat daripada memilih streaming. Meski sempat menurun, 2020 menjadi tahun di mana hype VTuber lebih dari tahun-tahun sebelumnya dengan menyerap tingkat audiensi yang tinggi.
Tidak hanya menggaet kalangan penikmat saja, bahkan mencapai unsur-unsur seperti reviewer, Youtuber, bahkan fansub kini mulai gencar-gencarnya mengalihbahasakan klip-klip dari streaming VTuber dan menanggalkan aktivitas rutin sebagai translator anime.
Seluruh hal itu tidak lain dan tidak bukan, demi menyesuaikan diri dengan khalayak bahkan mengais popularitas melalui hal-hal yang hangat saat ini. Bagi penikmat pada umumnya, momen ini digunakan untuk membagikan lelucon-lelucon dari tingkah laku VTuber yang digemarinya, berdiskusi hangat terkait kegiatan VTuber di media sosial selama off-stream.
Kontras, terlihat timbul persaingan antarpenerjemah klip singkat untuk mendulang jam tayang, begitu pula para reviewer yang kini mulai mengambil tema ataupun konsep yang berkutat pada dunia VTuber.
Untuk tahu alasan mengapa VTuber bisa mendapat pengakuan dan tercantum dalam ranah akademik tidak hanya ditinjau dari sudut pandang keberhasilan VTuber dalam mendulang animo penggemar pop kultur Jepang untuk memposisikan diri mereka sebagai alternatif dari konten lain, tetapi perlu juga diketahui bagaimana sistem pendidikan Jepang berlaku sehingga dapat menilai mengapa bisa masuk serta apakah menjadi suatu kewajaran di sana atau tidak.
Masuknya VTuber ke Ranah Akademik
Dalam kurikulum SMA di Jepang, subjek mata pelajaran terbagi ke dalam kelompok besar dan kelompok kecil. Kelompok besar merupakan cakupan secara umum dan luas meliputi bidang-bidang yang dipelajari di Indonesia sebagai satu mata pelajaran seperti halnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang terdiri dari beberapa bidang di dalamnya. Sedangkan kelompok kecil merupakan bidang-bidang yang dipelajari langsung oleh siswa seperti contohnya Geografi, Sosiologi, Ekonomi, dan Sejarah.
Berbeda dari hal di Indonesia, IPS di SMA Jepang mencakup 社会と情報 (Shakai to Jouhou) yakni Sosial dan Informasi serta 情報の科学 (Jouhou no Kagaku) merupakan Pendekatan Ilmiah Informasi.
Ketika membahas seputar Shakai to Jouhou, siswa mempelajari hal-hal yang tengah berkembang di masyarakat atau dari segi sosial melalui Shakai, sedangkan Jouhou yang juga dapat berarti bahwa sebuah informasi yang bersifat digital membahas pengetahuan terkini terhadap perkembangan informasi atau lebih dikenal sebagai teknologi informasi yang tengah berpengaruh di Jepang secara masif.
Konsep ini sebenarnya sudah pernah diterapkan di Indonesia melalui penerbitan buku Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (RPUL) yang dahulu sempat digencarkan pada penerapan Kurikulum 2006 atau KTSP silam dengan target SD hingga SMP. Hal tersebut tergantikan dengan penerapan pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga fungsi dari pelajaran Jouhou ini adalah semata memberikan pengetahuan informasi terarah dan menjangkau luas baik siswa itu pengguna internet atau bukan.
VTuber yang hampir secara keseluruhannya melibatkan teknologi ini tentu memberikan angin baru terhadap kemajuannya yang menurut buku teks pelajaran Jouhou Saishin Topikku-shu 2021 (Rangkuman Topik Terkini Informasi 2021) mulai menggantikan peran dari Youtuber fisik yang sebelumnya merupakan cita-cita idaman sebagian besar anak di Jepang menjadi virtual menggunakan bantuan Grafika Komputer atau CG di mana berhasil mendapatkan keuntungan pertahunnya sebanyak satu miliar yang dibahas dalam buku tersebut pada satu tema khusus terkait YouTube sebagai salah satu perkembangan teknologi informasi.
Fenomena VTuber tidak hanya memberikan warna baru sebagai alternatif di pop kultur Jepang, melainkan pula warna baru bagi YouTube maupun teknologi bahwa dapat kemajuan teknologi informasi sudah memasuki ranah hiburan dan menjadi catatan penting untuk jejak perkembangan Jouhou ini bahwa VTuber dipandang dalam kondisi general sebagai percontohan bagaimana pentingnya bagi siswa untuk mempelajari seluk-beluk sistem yang tengah populer itu bekerja jika merujuk konteks di atas yaitu cara kerja YouTube, lalu selain menjadi ajang adaptasi diri siswa terhadap teknologi informasi, tetapi juga membuka pemikiran siswa dalam menyongsong perkembang itu sendiri bagi mereka dalam menyikapi hal tersebut.
VTuber kini tidak hanya menjadi model percontohan, kesuksesannya dalam menempatkan diri di antara kemajuan pop kultur, teknologi, dan publik membuat VTuber yang pada awalnya dianggap sebagai hanya sebatas Youtuber hanya dengan memberikan kesan virtual/anime mulai perlahan menjadi sebuah usaha yang serius selayaknya entertainer setingkat artis maupun musisi tersohor seantero Jepang.
Hal itu terbukti dari buku tersebut yang menjelaskan bahwa sampai saat buku di atas ditulis dan dipublikasikan, total penghasilan Superchat yang diperoleh Kiryu Coco dan Uruha Rushia sudah mencapai angka 29 miliar rupiah, menjadikan mereka berdua dan member Hololive lainnya sebagai streamer dengan penghasilan Superchat tertinggi di dunia yang tentu sudah tidak bisa dipandang remeh lagi.
Sehingga, dapat dikonklusikan bahwa masuknya VTuber ke dalam ranah akademik mencerminkan mereka adalah kemajuan pop kultur Jepang yang semakin beragam konten yang dibawakan, mencerminkan pula kemajuan teknologi informasi di mana VTuber hadir dalam bentuk virtual terkomputerisasi dapat hadir dalam platform penghubung maya dan nyata untuk disadari oleh siswa agar tidak gagap teknologi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi informasi. Maka, VTuber tidak hanya berkontribusi terhadap industri hiburan, melainkan pula kepada teknologi maupun pendidikan.