Dari teman-teman sekolahnya hingga Tadano, sang progatonis pria, siapa yang tidak terlena melihat kecantikan Komi dari Komi Sulit Berkomunikasi yang menderita kecemasan sosial yang ekstrem dan menghalanginya untuk berkomunikasi dengan orang lain, sehingga sering mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan?
Namun, karena daya tarik dan penampilannya yang menawan, Komi sangat populer di kalangan teman-teman sekelasnya.
Di sisi lain, dalam seri Watashi ga Motenai no wa Dou Kangaete mo Omaera ga Warui atau WataMote menceritakan seorang siswi SMA bernama Tomoko yang memiliki permasalahan kecemasan sosial sama seperti Komi, hanya saja dia merupakan seorang otaku yang sudah berpengalaman dalam kencan maupun pick-up lines secara daring selama 5 tahun.
Kecemasan sosial dua karakter ini sama-sama mengurungkan mereka dalam bersosialisasi akibat pikiran negatif bahwa akan ditinggalkan atau dijauhi oleh lingkungan sekitarnya. Meskipun begitu, nasib kedua tokoh ini justru menjadi vice versa satu sama lain.
Penampilan Fisik Berperan
Komi Shouko digambarkan sebagai seorang yang menawan, dirinya begitu terurus dengan beberapa adegan di rumahnya sebagai seorang gadis yang berkehidupan normal dengan deskripsi dari teman-temannya bahwa Komi mempunyai rambut ungu kehitam-hitaman yang mengkilap gelap panjang, mengalir ke punggung bawahnya, tubuh yang ramping, dan wajah yang sangat cantik.
Dengan deskripsi serta beberapa gambaran tersebut, bahwa Komi terlepas dari masalah komunikasinya bersikap serta berpenampilan yang pantas agar sebagai harapan meleburkan dirinya terhadap lingkungan sekitarnya. Komi mungkin pemalu, tapi dia tidak minder.
Faktanya, dia dikagumi secara luas di SMA Itan yang terkenal karena ketenangannya yang keren, nilai yang sangat baik, dan yang terpenting: kecantikannya yang menakjubkan.
Namun, Komi tampaknya tidak menyadari kecantikannya, atau setidaknya tidak peduli dengan penampilannya, melainkan hanya peduli untuk persahabatan sejati dan hubungan manusia, bukan wajah cantik.
Selain itu, banyak adegan di anime dan manga menggambarkan Komi salah mengartikan reaksi orang lain terhadap kecantikannya. Salah satu penjelasannya adalah karena Komi tidak menyadari hal tersebut, di mana dia tidak pernah mempertimbangkan ketika melihat reaksi orang lain terhadapnya.
Semua orang menatap kagum dan memberinya pandangan lurus kepadanya bahkan saat Komi berjalan di trotoar sekalipun, sehingga Komi percaya bahwa semua orang menganggapnya menjijikkan yang membuat mereka kesal terhadap keberadaannya.
Bagaimanapun, menariknya Komi menjadikan bak dua mata pedang yang memberikan kesempatan yang lebih mudah baginya untuk berkenalan dan akrab dengan sekitarnya melalui kelebihan dirinya yang sudah dikenal banyak orang, tetapi juga rendahnya self-esteem diri Komi adalah kebalikan dari norma yang memutuskannya untuk berhenti peduli sama sekali.
Penampilannya yang menarik tidak pernah membantunya, jadi dia memutuskan untuk memfokuskan usahanya pada hal lain.
Berpenampilan menarik memang menjadi salah satu faktor dalam menjalin pertemanan dan menjalin hubungan, tetapi apa yang ada di dalamnya tidak boleh diabaikan mengingat hal tersebut juga menjadi masalah baginya.
Sedangkan Tomoko diceritakan betapa realistisnya penggambaran otaku yang canggung secara sosial yang ingin memperbaiki dirinya sendiri dan menjadi populer di sekolah, tetapi pertama-tama dia harus melalui banyak pendewasaan dan peningkatan diri. Hal ini menyebabkan kesalahan sosial Tomoko yang berkisar dari lucu hingga menyakitkan yang harus dilewatinya untuk pertumbuhannya.
Dirinya yang pemalu dan sulit berkomunikasi membuatnya sulit untuk mendapatkan teman membuatnya tidak memiliki teman di sekolah. Meskipun demikian, ia memiliki teman dekat bernama Yuu Naruse, yang berteman sejak SMP dulu karena sama-sama otaku.
Bahkan sejak memasuki SMA, Yuu sendiri sudah banyak berubah terutama dalam penampilannya yang lebih menyesuaikan kondisi. Di saat yang sama, Tomoko masih berkutat pada dunia otakunya alih-alih mengembangkan penampilan lebih baik selayak teman dekatnya.
Dengan penampilannya yang penuh kantung mata, rambut teracak-acak, serta meninggalkan kesam suram dalam berbagai kesempatan pada adegan animenya, Tomoko sering ditimpa kesialan, tidak pernah dianggap dengan teman sekelasnya dan bahkan keberadaannya seperti tidak diakui dikelas. Sementara jauh lebih dalam dirinya sendiri sebenarnya hanya butuh perhatian dari orang lain dan berkomunikasi selayaknya teman.
Meskipun bukan satu-satunya alasan, tapi penampilan dari dua jenis kondisi di atas menjadi satu faktor bahwa terdapat tekanan untuk mengikuti standar sosial yang memaksa seseorang untuk tidak menjadi diri sendiri atau dalam kata lain mengikuti lingkungan orang itu berada menjadi salah satu tanda bahwa selama ada keterikatan dengan lingkungan, adaptasi terutama pada penampilan dalam beberapa kondisi memang diperlukan, setidaknya bersikap dan berpenampilan sewajarnya.
Bahkan diskriminasi penampilan sering kali berkaitan dengan kebutuhan suatu lingkungan di mana menurut psikolog dari Prancis, Anne Lorraine Wagner menjelaskan bahwa penampilan fisik spesifik muncul karena menyangkut semua orang dan mencakup banyak faktor lain dari kecacatan, usia, asal etnis, kehamilan dan keyakinan agama untuk mengharuskan kesesuaiannya pada tuntutan tertentu.
Paradoksnya, kemahahadirannya menjadikannya sesuatu yang jarang dipertanyakan dan menyebabkan sangat sedikit keluhan. Akibatnya, kita mungkin menganggap bahwa setiap orang telah mengasimilasi dan melegitimasinya karena tampaknya begitu alami.
Kesesuaian Pendekatan Komunikasi Karakter
Tidak hanya soal penampilan, tetapi bagaimana masing-masing karakter melakukan pendekatan dalam sikap maupun upaya bersosialisasi dengan lingkungannya juga menentukan nasib karakter berikutnya dalam mencapai objektif yang sama, berteman dengan lingkungannya.
Komi di samping masalah kesulitan berkomunikasi serta kecemasan sosial yang dihadapinya, dirinya merupakan seseorang yang pemalu sehingga perkembangan usaha komunikasinya berlangsung secara pasif dengan dibantu oleh teman dekat yang kemudian menjadi pacarnya, Tadano yang menjadi anti-aksi dari Komi mendekati seluruh masyarakat kelas dan menerima segala responsnya. Dengan kata lain, Tadano bersiap babak belur demi Komi berteman dengan yang lain.
Upaya yang dilakukan Komi pun minimal mengingat dirinya sudah memiliki nilai plus dalam berbaur dengan lingkungannya. Relatif singkat dibandingkan upaya yang dikerahkan Tomoko yang bahkan perlu memperbaiki citranya dulu agar eksistensinya dapat diketahui di kelasnya baru dapat melakukan sebagaimana Komi lakukan, tentunya dengan ekstra juga.
Sikap yang pasif oleh Komi ini membuat pace perkembangan sosialnya begitu lambat karena Komi akan kehilangan arah ketika sedang sendirian tidak tahu tindakan apa yang diperlukan.
Tomoko memiliki perjalanan cerita yang berbanding jauh, kepercayaan dirinya dengan berpengalaman bermain otoge menimbulkan sikap egoisme yang terlalu tinggi untuk memenuhi ekspektasinya bahwa membawa pemikiran otaku ke dunia nyata dapat menghasilkan bukti yang tidak berbeda.
Namun, nyatanya realitas menjadi lawan dari fantasi, ego dan ke-pede-annya membuat Tomoko tidak dapat menerima kenyataan. Alih-alih menyadari kemampuan diri untuk berbenah, Tomoko hanya mengusung pengalaman otakunya untuk terjun ke realitas tanpa penyesuaian membuatnya tidak jujur kepada siapapun termasuk dirinya sendiri mengenai kondisinya. Namun, Yuu sebagai teman dekatnya dijadikan sebagai titik tolak kebangkitan Tomoko bukan sebagai tempat bergantung dalam masalah komunikasinya.
Dihantam kenyataan oleh sahabatnya, Tomoko memulai perkembangan komunikasinya dalam mencari teman. Objektifnya juga realistis mendapatkan teman selagi bisa, tidak ada indikator tertentu seperti Komi yang dibatasi sebanyak 100 teman untuk capaiannya, sehingga perkembangan komunikasi Tomoko dapat lebih terlihat dengan character development baru sebagai hasil usahanya mendapatkan teman dari berbagai kalangan, dari sesama otaku, teman sekolahan, hingga sosok gyaru.
Keduanya memiliki tujuan yang sama, tetapi masing-masing karakter mempunyai pace dan langkah yang berbeda menentukan pula perkembangan dari permasalahan karakter tersebut secara cepat atau lambat untuk mencapai resolusi yang diharapkan.
Menyikapi Permasalahan Serupa di Realitas
Melalui kedua karakter ini, kita bisa tahu bahwa sebenarnya kecemasan sosial timbul melalui individu yang merasakannya menjadikannya menutup diri hingga mengalami kesulitan berkomunikasi. Respons dari lingkungan biasanya tercermin dari benak yang kita pikirkan sebelumnya.
Sehingga, meskipun beberapa individu memiliki latar belakang dan respons sosial yang berbeda, tetapi berusaha membuka diri dengan melihat berbagai kemampuan ataupun hal-hal lain yang dapat dilakukan alih-alih memikirkan kecemasan, maka sebagian besar tidak hanya diri kita melainkan pula rekanan akan menerima apa adanya.
Memahami diri sendiri itu penting. Bahkan, baik Komi maupun Tomoko pada perjalanan cerita mereka mulai memahami permasalahan yang dihadapi mereka dan berusaha memperbaiki secara perlahan namun pasti.
Mungkin, di luar keduanya, yakni Hitori Bocchi dari Hitori Bocchi no Maru Maru Seikatsu juga memiliki kecemasan yang sama, tetapi Bocchi menyadari bahwa perlu berjuang amat keras untuk menghadapi sebuah masalah yang terkesan remeh yang berarti baginya di mana ketakutannya selalu tidak merepresentasikan hal yang dirasakan teman-temannya terhadap Bocchi.