Dunia perinternetan kembali digemparkan oleh drama, kali ini dari lomba sebuah produk biskuit. Mereka mengadakan lomba foto superhero berhadiah, namun hasil pemenangnya mengecewakan. Foto yang dibuat dengan penuh niat, kalah dengan anak kecil berkostum piyama. Warganet geram dengan hasil lomba, dan mulai menemukan bukti adanya keterlibatan orang dalam. Sebagian lagi mengaitkan drama ini ke KOI S2, sebuah drama yang menjadi buah bibir dalam seluruh jagat perwibuan tiga tahun lalu.
Bagi Anda yang masih wibu “bau bawang” yang tidak tahu, KOI S2 adalah sebuah drama daring grup yang berawal dari lomba maskot. Dengan skenario yang sama, lomba ini dimenangi oleh orang dalam. Belakangan, bukti demi bukti terungkap, membuat drama ini menjadi semakin menarik untuk disimak perkembangannya. Tidak heran, kasus ini dikenang sebagai salah satu drama wibu teraneh sepanjang masa.
Berawal dari Lomba Maskot yang Janggal
KOI S2, singkatan dari Komunitas Otaku Indonesia (Season 2), adalah sebuah grup anime yang berisi 200.000-300.000 orang. Ketuanya adalah Meisya (bukan nama sebenarnya), dibantu oleh admin bawahan lainnya. Semenjak grup itu berdiri, Meisya seringkali menggunakan cara-cara yang “sensasional” agar grupnya terus ramai dikunjungi orang. Parasnya yang menarik (setidaknya pada foto profil) membuat para wibu terpikat untuk terus mendambakannya.
Pada bulan Februari 2016, KOI S2 mengadakan lomba maskot dengan hadiah yang menarik, yakni ponsel Xiaomi model terbaru. Syarat yang diberikan pun tidak sulit. Gambar maskot untuk komunitas berlambang burung biru ini.Dengan aksen dominan biru yang menjadiwarna yang khas dari grup KOI S2; Gambar harus dibuat di atas kertas, tidak boleh digital, untuk mencegahnya pencurian karya. Kirim hasilnya ke grup, tunggu pengumuman pemenang. Lomba ini dijalankan dan tibalah pada saat pengumuman pemenang.
Saat hasil pemenang diumumkan, anggota grup kecewa. Kekecewaan berganti menjadi amarah. Bagaimana mungkin karya peserta yang niat dan lengkap desainnya, kalah dengan gambar yang ala kadar dan terindikasi plagiat? Reaksi anggota grup bermacam-macam. Ada yang mengkritik secara halus. Ada yang protes. Ada pula yang mengolok-olok maskot baru mirip karakter Hatsune Miku. Apapun yang Anda katakan, komentar bernada tidak setuju membuat Anda dikeluarkan dan diblokir dari grup. Diktator memang, tetapi bagi mereka, keputusan sudah bulat.
Perang Habis-Habisan antara 2 Kubu : Kerajaan Otaku vs. Aliansi Wibu
Sadar drama ini tidak bisa dilawan di dalam grup, sejumlah warganet yang kontra dengan keputusan KOI S2 membuat basisnya di luar grup. Mereka adalah Badan Pengawas Aktivitas Wibu Indonesia (BPAWI), Anggur Merah, Wuih Ada Om Otaku (WAOO), dan beberapa halaman wibu lainnya. Oleh Beranda Otaku, salah satu sekutu KOI S2, basis ini diberi julukan Aliansi Wibu, biasa disebut Aliansi. Julukan ini diberikan karena sebagian dari mereka adalah mantan admin KOI S2 yang berkhianat dan ingin membalas dendam dengan membentuk aliansi.
Di lain pihak, KOI S2 tidak sendiri. Ia tergabung dalam sebuah “kerajaan”, yang menaungi KOI S2 dan beberapa grup Facebook lainnya. Para admin yang tergabung dalam kerajaan ini memegang sumpah setia untuk memerangi warganet yang kontra, pasukan Aliansi, dan mantan admin yang berkhianat. Meisya mencitrakan dirinya sebagai “ibu yang melindungi” bawahannya dari segala bahaya.
Baik pihak Kerajaan maupun Aliansi memiliki caranya sendiri dalam melancarkan serangan. Pihak Kerajaan menggunakan pemblokiran dan pelaporan akun yang kontra dengannya, sebuah cara yang secara mengejutkan masih umum digunakan sampai saat ini. Jika musuh yang dihadapi adalah pasukan Aliansi atau/dan mantan admin, mereka berusaha mengambil alih akun mereka menggunakan teknik phising. Akun yang sudah diambil alih tersebut akan mereka gunakan untuk mencemarkan nama baik lawan.
Lain dengan pihak Kerajaan, pihak Aliansi tidak ingin menggunakan teknik yang sama dengan lawannya. Aliansi percaya dirinya berada di pihak yang benar, sehingga “power of netizen” mereka andalkan untuk memerangi pasukan Kerajaan. Beberapa mantan admin yang tergabung dalam Aliansi menggunakan akun cadangan untuk menyusup ke dalam grup Kerajaan dan mencari informasi yang berada di dalamnya. Informasi dari dalam grup kemudian dijadikan barang bukti dan disebarluaskan ke halaman wibu yang ramai. Hasilnya berbuah manis. Warganet semakin tidak percaya akan keabsahan lomba yang diadakan KOI S2 tersebut, dan terus menunggu kelanjutan dari drama ini. Di sisi lain, kegiatan corporate espionage ini kian mempengaruhi moril pihak Kerajaan. Mereka semakin khawatir salah satu dari mereka bersimpati, atau bahkan membelot, ke Aliansi.
Tirani dalam “Kerajaan Otaku”
Meskipun Meisya dan bawahannya masih terus siaga, para intel tetap dapat mengumpulkan informasi penting dari grup tersebut. Selain rencana-rencana penyerangan terhadap Aliansi, mereka juga menemukan kenyataan pahit tentang cara Meisya memperlakukan bawahannya sendiri.
Setelah menjadi admin dalam grup Kerajaan, sang ketua harus dapat menjamin agar bawahannya tetap setia dan gentar jika sampai mencoba untuk melawan. Seluruh anggota harus berkumpul untuk rapat online setiap malam. Apapun kesibukannya, mereka harus hadir tanpa kecuali. Jika melanggar, hukuman berat menanti mereka. Jika pelanggarannya parah, mereka akan dikeluarkan dari grup dan diperlakukan sama seperti pasukan Aliansi.
Pengkhianatan Masal dan Terungkapnya Kebenaran
Pihak Kerajaan semakin terdesak oleh serangan demi serangan Aliansi. Mereka memutuskan untuk mengunggah resi pengiriman hadiah kepada pemenang, mengingat warganet telah menanyakan hal tersebut sejak lama. Sayangnya, “bukti” ini ditanggapi negatif oleh warganet dan pihak Aliansi. Mereka mencurigai resi pengiriman hadiah tersebut palsu, dan ponsel Xiaomi yang dijanjikan tidak pernah ada. Tidak hanya itu, pihak Aliansi kembali menyoroti lomba karaoke yang sempat diadakan KOI S2 sebelum lomba maskot ini. Lomba tersebut berhadiah ponsel Samsung, yang juga tidak jelas bagaimana kabarnya.
Menjelang akhir Mei 2016, pengakuan mengejutkan datang dari Pitoh (bukan nama sebenarnya), juara ketiga dari lomba maskot tersebut. Pitoh mengakui bahwa dialah yang menggambar semua entri untuk juara pertama hingga ketiga, membuktikan hipotesa “kekuatan orang dalam” benar adanya. Ia juga mengakui tindakan ketua Meisya yang memperlakukannya dan teman-teman adminnya bagaikan budak.
“Semua kejadian dari lomba ini sudah direkayasa sejak awal”, aku Pitoh. Ketiga gambar di atas juga ia gambar atas suruhan Meisya. Resi pengiriman palsu juga menjadi bagian dari rencana ini, untuk meyakinkan warganet lomba ini nyata adanya. Ponsel Xiaomi yang dijanjikan juga hanya rekayasa agar lomba menjadi lebih meriah. Padahal, ponsel tersebut tidak pernah ada.
Setelah membuat pernyataan ini, Pitoh keluar dari KOI S2. Keluarnya Pitoh diikuti dengan admin-admin lainnya, beberapa bergabung dengan Aliansi untuk berbalik melawan Meisya. Drama KOI S2 pun dinyatakan berakhir setelah tiga bulan berlangsung, ditandai dengan terbongkarnya identitas asli Meisya. Tuduhan Meisya sebagai hode pun terbukti. Akun Facebook Meisya yang ia gunakan rupanya masih tersambung dengan akun Instagram pribadinya. Saat drama ini berakhir, Meisya sudah menghilang tanpa jejak.
Meisya Sang Ratu Palsu
Dua bulan berlalu semenjak Meisya memulai drama. Citranya di mata umum sudah tergerus. Admin-admin bawahannya sudah mulai pasif, tidak lagi sesemangat dulu membelanya. Saat drama mulai memasuki masa tenang, sebuah kejadian tidak terduga hadir dari Indonesia bagian timur.
Seorang gadis asal Manado menyadari ada sesuatu yang janggal dengan dirinya. OR (inisial) membuat klarifikasi bahwa dirinya bukan wibu dan tidak tahu menahu perihal drama KOI S2 ini. Meisya telah menyalahgunakan foto-foto OR untuk kepentingan pribadinya, dan OR merasa dirugikan. Bayangkan, wajah Anda dijadikan bahan olok-olok atas kesalahan yang sama sekali Anda tak perbuat. Kejadian ini semakin meyakinkan warganet bahwa Meisya adalah hode, istilah yang umum digunakan untuk menyebut pria dengan identitas online wanita.
Mengetahui adanya klarifikasi ini, Meisya berkelit seribu alasan. Awalnya, ia menyatakan bahwa OR adalah akun aslinya. Sebuah hal yang jauh dari kata mungkin, mengingat OR berada di Manado dan Meisya berdomisili di Bandung. Kemudian, ia berkata kepada warganet untuk menunggu, sembari dirinya “login” ke akun tersebut. Ini adalah kali terakhir Meisya muncul di hadapan publik. Akun OR masih selamat, sama sekali tidak diusik oleh Meisya.
OR sendiri kini dikabarkan telah meninggal dunia karena penyakit kanker tulang tahun 2017 silam.
Hasil Akhir Perang dan Andilnya Terhadap Perwibuan
Perang antara Alliansi Wibu dan Kerajaan Otaku memang hanya berlangsung selama tiga bulan, tetapi beberapa dampak yang dihasilkan masih terasa hingga saat ini. Meningkatnya awareness terhadap pencurian karya dan pencurian identitas adalah beberapa dampak baiknya. Setelah drama ini berakhir, penggunaan maskot dalam komunitas anime, media wibu, dan lingkarya kreatif semakin merebak. Mereka tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama seperti KOI S2, dan mendesain maskot yang lebih terlihat orisinal.
Salah satu dampak besar dari drama ini adalah pergeseran makna otaku dan wibu. Sebelum drama ini terjadi, penggemar anime di Indonesia lebih sering mengidentifikasi dirinya sebagai otaku, dan sebutan wibu adalah sebuah hinaan. Akibat drama ini, dan juga karena propaganda terus menerus yang dilakukan oleh pihak Aliansi, sebutan wibu meningkat popularitasnya dibanding otaku. Mereka yang menyebut dirinya sebagai wibu dipandang lebih tinggi dalam pergaulan antar penggemar jejepangan. Malang nasib bagi otaku, direndahkan oleh Aliansi dan dianggap “simpatisan Meisya”. Otaku yang tidak tahan dengan perundungan ini perlahan mulai menerima sebutan wibu dalam kehidupannya.
Kini KOI S2 tetap lah hadir di salah satu media sosial terkenal namun karena blunder yang dilakukan oleh admin terdahulu, terjadi coup de etat sehingga kekuasaan tidak lagi di tangan “Ratu” Meisya. Para simpatisan sang ratu pun juga mengundurkan diri dan kini tak terdeteksi lagi keberadaannya.
War…. war never changes. Drama, sama halnya dengan perang, memang selalu berakhir buruk bagi yang terlibat. Meskipun demikian, kita dapat belajar dari masa lalu, agar hal serupa tidak terulang lagi di kemudian hari.
Tulisan ini adalah opini pribadi dari penulis, tidak mencerminkan pandangan umum Risa Media. Penulisan oleh Excel Coananda.