Penyelenggaraan turnamen olaharga termasyhur di seluruh dunia, Olimpiade, akan dilaksanakan untuk yang ke-32 kalinya tahun depan di Tokyo, Jepang, mulai dari 24 Juli hingga 9 Agustus 2020.
Dengan waktu yang semakin mendekati hari-H, tiket sudah mulai dijual dan aturan sudah mulai dikeluarkan oleh IOC (International Olympic Committee).
Salah satu peraturan yang menonjol adalah peraturan mengenai pengambilan dan penyebaran setiap jenis foto dan video yang direkam di stadion dan gelanggang-gelanggang olahraga lainnya.
Meskipun, seperti turnamen olahraga lainnya, Olimpiade memperbolehkan pengunjung untuk mengambil foto maupun merekam video dan audio di dalam arena pertandingan selama masih dalam konsumsi pribadi, tetapi ‘konsumsi pribadi’ ini membatasi banyak hal yang lazim dilakukan.
Ketika pengunjung membeli tiket, salah satu syarat dan peraturannya adalah semua foto dan video, termasuk swafoto sekalipun, yang diambil di arena studio, dengan atau tanpa adanya atlet di dalamnya, sama sekali tidak boleh disebarluaskan di televisi, radio, maupun internet.
Ini berarti, setiap foto atau video yang diambil di arena pertandingan Olimpiade Tokyo 2020 tidak boleh diunggah ke Instagram, Twitter, maupun media sosial lainnya.
Demi Melindungi Hak Penyiaran
Tak hanya itu, hak milik dari seluruh foto dan video yang diambil di arena pertandingan menjadi milik panitia Olimpiade (IOC). Igarashi Atsushi yang mengepalai departemen hukum dari Olimpiade Tokyo, menyatakan bahwa hal ini dilakukan untuk melindungi hak penyiaran eksklusif milik saluran televisi maupun radio.
Hal ini berbeda dengan turnamen olahraga lain di Jepang, dimana turnamen sepakbolanya yang terbesar. J.League, meskipun sama-sama tak membolehkan publikasi foto yang diambil di stadion, tetapi tidak sampai meminta hak milik atas foto yang diambil pengunjung tersebut.
Beberapa orang sangat meragukan efektivitas peraturan ini, belum lagi kapasitas IOC untuk melakukannya, sebab hal ini sudah lazim dilakukan pada turnamen olahraga manapun dan ratusan ribu pengunjung yang datang tentu tidak bisa satu per-satu dimonitor penggunaan media sosialnya.
Terlalu Membatasi Kebebasan
Selain itu, Fukui Kensaku, pengacara di bidang properti intelektual, menyatakan bahwa derajat kebebasan yang lebih tinggi lazimnya diperbolehkan di acara-acara olahraga, berbeda dengan konser musik.
“Saya merasa meminta para penggemar untuk menyerahkan hak milik untuk Olimpiade dan melarang unggahan ke situs-situs daring terlalu membatasi kebebasan mereka” ujarnya.
Sumber: Asahi Shimbun
Penulisan oleh Muhammad Naufal Hanif