CATATAN: Artikel ini murni berisi opini dari beberapa kemungkinan yang akan diambil perihal gelaran Comifuro selanjutnya.
Pandemi virus corona benar-benar berdampak dalam segala aspek, tak terkecuali acara jejepangan. Berawal dari Genfest yang memutuskan untuk membatalkan (baca: menunda acara sampai waktu yang tidak ditentukan) gelarannya pada akhir Maret, berbagai acara jejepangan lain pun mengikuti.
Daisuki Japan Festival yang seharusnya diadakan awal April juga batal terlaksana. Mangafest UGM juga turut terdampak, meskipun acaranya masih jauh di bulan Oktober. Anime Festival Asia, yang kabarnya akan kembali hadir di Indonesia tahun ini, mengurungkan niat itu dan mengadakan gelaran Creative Super Fest secara online.
Dari sekian banyak pengumuman penundaan acara ini, Comic Frontier (umum disebut Comifuro atau CF) masih belum mengumumkan posisinya. Acara pasar industri kreatif jejepangan terbesar di Indonesia ini masih memantau situasi pandemi di negeri ini, yang kini sudah menembus 60.000 kasus.
Lantas, bagimana nasib acara Comifuro di tengah pandemi seperti ini? Mungkinkan mengadakan acara yang "gak rame gak seru" di tengah situasi yang melarang adanya keramaian?
Comifuro, Gak Rame Gak Seru
Suka tidak suka, kata-kata di atas telah menjadi ciri khas dari gelaran dua kali setahun ini. Lautan pengunjung yang berdesak-desakan sampai tak ada ruang untuk istirahat sudah menjadi tradisi. Jangankan di dalam ruangan, antrian pembelian tiket saja mengular sampai parkiran basement!
Beruntung, Comifuro masih sempat diadakan sekali tahun ini. Edisi keempat belas Comifuro ini diadakan pada tanggal 22 dan 23 Februari 2020, seminggu sebelum kasus pertama COVID-19 diumumkan di Indonesia. Para wibu terakhir kali melihat keramaian sesamanya. Gelaran yang diadakan di dua gedung ini malah memperparah keramaian yang ada. Antrian pembelian tiket yang mengular juga masih belum terselesaikan.
Adanya pandemi global ini meruntuhkan kebiasaan dan rencana-rencana kita. Satu hal yang sudah jelas, kata-kata "gak rame gak seru" dan "COVID-19" bagai air dan minyak, tak bisa bersatu. Suasana Comifuro yang berisi lautan manusia menjadi sasaran empuk menyebarnya virus ini. Mengadakan Comifuro sesuai jadwal biasanya – bulan Agustus – tentu bukan pilihan yang bijak.
Akan tetapi, pandemi ini juga memberikan kita waktu untuk istirahat, evaluasi agar rencana kita selanjutnya bisa menjadi lebih baik dan sehat. Begitu pula dengan panitia Comifuro, yang memanfaatkan momen ini untuk melakukan evaluasi, membuka kritik dan saran untuk dipertimbangkan di acara selanjutnya.
Diundur Sampai Kapan?
"Comifuro kemungkinan besar belum dapat diadakan di bulan Agustus". Begitulah kata Rafly Nugroho, salah satu panitia Comifuro. Penyebaran pandemi yang masih mencekam di bulan Juni ini, membuat keberadaan acara Comifuro di bulan Agustus semakin menjadi tidak memungkinkan.
Saat ini, pihak Comifuro tengah mempertimbangkan waktu penyelenggaraan Comifuro selanjutnya, yakni CF15. Opsi pertama adalah mengadakan CF15 di akhir tahun, kisaran bulan Oktober sampai Desember 2020. Dengan demikian, tradisi Comifuro yang berlangsung setahun dua kali tetap dapat terlaksana.
Sayangnya, memaksakan penyelenggaraan acara sebesar dan seramai Comifuro di akhir tahun masih terbilang beresiko. Pandemi COVID-19 belum akan benar-benar menghilang sampai tahun depan – setidaknya menurut estimasi pakar terkait. Terlebih melihat penanganan pandemi di Indonesia yang masih belum memuaskan, sulit rasanya diizinkan di saat situasi seperti ini.
Sejumlah lingkarya yang terbiasa mengikuti Comifuro juga tak setuju dengan opsi pertama. Selain alasan di atas, mereka juga belum siap dengan barang-barang jualan baru. Mereka juga tak yakin barang-barang jualan mereka akan laku di kondisi krisis seperti ini. Jika CF15 dipaksakan untuk diadakan di akhir tahun, hampir bisa dipastikan mayoritas barang yang dijajakan adalah sisa-sisa dari Comifuro sebelumnya.
Opsi kedua, CF15 baru akan diadakan tahun depan. Opsi ini dinilai lebih realistis, karena kemungkinan besar pandemi akan mulai mereda di masa-masa itu. Aktivitas yang melibatkan keramaian sudah mulai bisa diadakan, tentu dengan protokol kesehatan yang berlaku untuk mencegah gelombang berikutnya.
Meskipun opsi kedua dinilai lebih memungkinkan, masih belum jelas kapan CF15 benar-benar bisa diadakan. Di satu sisi, menerapkan protokol kesehatan di acara seramai Comifuro tentunya sangat sulit. Jika salah atur, penumpukan pengunjung akan menjadi semakin parah. Di sisi lain, menunggu sampai pandemi benar-benar berakhir akan sangat lama.
Comifuro Online?
Opsi ini adalah salah satu yang paling banyak diusulkan. Acara sebesar Comiket, San Diego Comic Con, atau CSF sudah menerapkan hal serupa. Gelar live streaming yang bisa ditonton semua orang secara gratis (ada juga yang berbayar), undang guest star yang menarik, selesai. Tidak perlu mahal-mahal sewa gedung. Copet pun bisa dipastikan nihil, karena acaranya online.
Di Indonesia sendiri, ada sebuah acara jejepangan daring yang tengah bersinar di tengah pandemi, Facebook Aniimanga Party. Awalnya, acara yang berbasis di grup Facebook ini hanya untuk candaan semata. Anggota grup berpura-pura (baca: roleplay) seakan-akan mereka benar-benar berada di acara jejepangan.
Lama kelamaan, grup yang awalnya hanya untuk main-main malah menjadi acara beneran. Ada sesi DJ dan lomba Cosplay from Quarantine, persis seperti acara jejepangan pada umumnya. Untuk sebuah acara yang tak disokong korporat, guest star yang dihadirkan pun tak main-main. Cosplayer Yukitora Keiji dan Vtuber Hololive Indonesia Moona Hoshinova pun pernah diundang.
"Acara Comifuro Online juga masuk dalam pertimbangan kami", ujar Sudwi Karyadi, ketua penyelenggara acara Comifuro dalam wawancaranya bersama Wibuverse. Selebihnya, belum ada info lebih lanjut terkait gelaran pasar komik daring ini.
Bicara teknis acara perwibuan daring, cara-acara khas Comifuro seperti mengundang guest star dan utatemita masih dapat dilakukan. Lantas, bagaimana dengan pasar komik dan merchandise, acara utama dari Comifuro itu sendiri?
Singkat kata, susah-susah gampang. Tidak semua kreator familiar dengan penjualan barang secara online. Kalaupun Comifuro Online akan diadakan lengkap dengan lapak jualannya, harus ada kerjasama dengan pihak yang mengerti betul ranah ini.
Wibuverse adalah salah satu yang paling memungkinkan untuk diajak kerjasama. Selain karena memiliki hubungan yang lekat dengan pihak Comifuro, Wibuverse juga mengerti betul pasar kreator lokal, khususnya di bidang perwibuan. Pihak Comifuro juga dapat mendata dan mengorganisir lapak-lapak yang ada dengan lebih mudah.
Meskipun demikian, Wibuverse masihlah platform baru. Closed beta-nya baru dimulai Juli 2020 mendatang jika tak ada halangan. Barang yang dapat dijual saat ini hanya buku digital, dengan produk lainnya menyusul. Satu hal yang paling penting, siapkah Wibuverse menghadapi seluruh transaksi Comifuro dalam satu platform? Apakah penjual dan pembeli dapat menggunakannya dengan nyaman?
Agar lebih hemat waktu, biaya, dan tenaga, bisa saja gelaran Comifuro Online diadakan tanpa pasar kreator. Kelemahannya, jiwa Comifuro itu sendiri jadi kurang serasa. Tidak ada desak-desakan, tidak ada sorak sorai.
Apapun keputusan yang nantinya diambil, tentu kita hanya bisa berharap agar pandemi ini dapat segera berakhir. Kumpul-kumpul bersama teman sehobi, kalian pasti sudah kangen, kan?