Kembali ke tahun 2014. Otaku telah menemukan zona nyamannya. Komunitas otaku zaman baru sudah terbangun dan anggotanya berdiskusi dengan riang. Baru sebelas hari semenjak tahun baru, datanglah sebuah anime yang berpengaruh besar dalam perebutan waifu bertahun ke depan.
Nisekoi, secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "cinta palsu", menayangkan musim pertamanya. Premisnya mudah dicerna: "Raku suka Onodera. Onodera juga suka Raku. Akan tetapi, dia malu mengutarakannya. Di saat yang sama, keluarga Raku menjodohkannya dengan Chitoge, sehingga Raku terpaksa berpacaran dengan Chitoge (sesuai judulnya). Semakin hari, Raku juga suka dengan Chitoge, tetapi masih suka dengan Onodera." Mudah, kan?
Sebelum mendalami sifat kedua karakter ini lebih jauh, ada beberapa hal yang harus penulis klarifikasi. "Onodera" yang dimaksud dalam artikel ini adalah Kosaki Onodera. Pasalnya, ada satu lagi Onodera yang hadir pada musim keduanya, yakni Haru Onodera, adik dari Kosaki.
Penulis akan tetap menggunakan kata Onodera, karena nama itulah yang umum digunakan oleh komunitas wibu di Indonesia untuk menyebut Kosaki Onodera.
Ya, karakter yang waifuable dalam serial ini memang tak hanya mereka berdua. Masih ada Seishirou Tsugumi yang tomboi, Marika Tachibana yang yandere, Haru Onodera yang curigaan, dan Paula McCoy yang badass, tetapi kekanak-kanakan.
Namun, demi menghemat waktu, penulis hanya akan membahas pertarungan Chitoge vs (Kosaki) Onodera, dan kecenderungan otaku dalam memilih salah satu di antara mereka berdua. Alasannya? Karena kedua karakter inilah yang pertarungannya paling sengit.
Chitoge, Tipikal Tsundere Wong Sugih
Chitoge Kirisaki adalah wanita berdarah campuran. Ia lahir dari ayah bos mafia Amerika dan ibu berdarah Jepang. Dibesarkan oleh keluarga mafia yang keras membuat Chitoge kesulitan mendapatkan teman. Â Hal itulah yang diinginkannya ketika ia kembali ke Jepang semasa SMA, setelah bertahun-tahun tinggal di tanah kebebasan.
Semasa kecil, Chitoge, Raku Ichijou, Onodera, Marika Tachibana, dan Yui Kanakura (yang belakangan menjadi guru di sekolahnya Raku dkk.) pernah menghabiskan waktu bersama. Saat mereka akan berpisah, Raku menyimpan gembok yang hanya dapat dibuka dengan salah satu kunci yang dipegang masing-masing dari keempat wanita tersebut.
Awal Chitoge dengan Raku tidak dimulai dengan romansa, melainkan hantaman. Chitoge awalnya tidak menyukai Raku, namun mereka terpaksa menjalani hubungan romansa demi tercapainya perdamaian antara kedua keluarga mereka (Raku dibesarkan di keluarga yakuza). Tak heran, hubungan antara keduanya sering cekcok, tapi akhirnya Chitoge takluk. Ia akhirnya mengakui kalau dirinya menyukai Raku. Khas tsundere, memang.
Secara tampang, tak ada yang spesial dari seorang Chitoge. Ia masih mengikuti standar desain karakter tsundere pada umumnya. Rambut pirang, zettai ryouiki, dan dibesarkan di keluarga wong sugih. Satu pengecualian besar terdapat di pita merah yang ia kenakan di rambutnya. Ia selalu mengenakan pita merah tersebut sedari kecil dan tidak mau menggantinya, menjadi penanda secercah sifat Chitoge yang lemah lembut. Bahasa wibunya, sisi "dere-dere" dari tsundere.
Onodera, Sosok Keibuan yang Malu-malu
Berbeda 180 derajat dengan Chitoge, Kosaki Onodera lahir dari keluarga yang sederhana, keluarga pemilik toko pastry. Kemahirannya dalam menghias semua yang manis-manis, terlebih sifatnya yang lemah lembut dan penyayang, mampu membuat para wibu terpikat.
Semasa kecil, Onodera pernah bertemu dengan Raku (dan juga ketiga orang lainnya), di mana keduanya jatuh hati pada pandangan pertama. Perasaan itu masih terus bertahan sepuluh tahun kemudian, saat keduanya menginjak bangku SMA. Beberapa kali Onodera berusaha untuk menarik perhatian Raku, menolongnya saat Raku terjerat dalam kesulitan. Sayangnya, sifatnya yang pemalu membuat perasaan tersebut sulit tersampaikan.
Perasaan tersebut akhirnya baru tersampaikan pada chapter 225 di komiknya, yang rilis di bulan Juli 2016. Ya, perasaan itu memang masih ada, tetapi kalian seharusnya sudah tahu bagaimana akhirnya.
Tim Onodera Kecewa, Tim Chitoge Bersorak
Saat hasil akhir diumumkan, tim Onodera (yang mati-matian membela waifunya) sulit menerima kekalahan mereka. Onodera adalah cinta pertama Raku sedari kecil, dan rasa cinta itu masih ada hingga akhir.
"Seharusnya Onodera yang menang!," ujar mereka yang kecewa.
Mereka melempar semua kekesalannya kepada Raku, sang protagonis.
"Bagaimana bisa, seseorang yang baik hati, penyayang, dan jelas-jelas mencintaimu, ditolak begitu saja demi wanita 'tiba-tiba hadir' yang kasar? Bodoh sekali Raku ini!," umpat mereka.
Hal yang sama juga nantinya dilontarkan pada Subaru saat menolak Rem, Hiro menolak Ichigo, dan tak lupa, Kyousuke Kousaka yang memilih adiknya sendiri.
Kekesalan tersebut tak hanya sampai di situ. Chitoge dicemooh sebagai pelakor alias perebut lelaki orang. Sang komikus, Naoshi Komi, juga kena getahnya. Ia dituduh telah menzalimi Onodera, dan sudah merencanakan semua ini sedari awal. Baca lagi judulnya. Nisekoi. cinta palsu. Spoiler sedari judul.
Apa respon dari tim yang menang? Ya, salah sendiri. Onodera tak mau terbuka dengan perasaannya, tetapi Chitoge langsung mengutarakannya. Kemudian, mereka merayakannnya... dengan lagu Spongebob.
Siapa yang rambut hitam tapi maksa menang? Onodera!
Siapa yang sok ikhlas saat kalah? Onodera!
Seperti itulah sepenggal liriknya.
Untungnya, seperti perang waifu lainnya, sebagian besar dari mereka yang terlibat, baik yang menang maupun kalah, move on dengan cepat dan mengambil waifu baru. Ya biasa, waifu musiman.
Memilih Waifu dari Sifatnya
Perang waifu antara Chitoge vs Onodera memang bukan pertama, dan bukan juga yang paling terkenal. Wibu angkatan lama menganggap perang waifu Asuka vs Rei (Neon Genesis Evangelion) lebih melegenda, begitu pula angkatan tengah 2000-an yang memperdebatakan Sakura vs Hinata (Naruto). Wibu yang aktif sesudah era KOI S2 lebih familiar dengan Rem vs Emilia (Re: Zero) dan Zero Two vs Ichigo (Darling in the FranXX). Namun, bagi wibu angkatan 2013, perang waifu ini, tanpa mereka sadari, membentuk kepribadian wibu angkatan ini setelahnya.
Perlu dipahami, mayoritas otaku di zaman ini merupakan pelarian dari sisa-sisa kejayaan anime di tanah air. Mereka ditolak masyarakat dunia nyata, sehingga mereka mencari kesenangan lain melalui anime. Di sinilah mereka menemukan sesuatu yang mereka idamkan di dunia nyata, tapi tak tergapai. Karakter tersebut hadir dalam wujud anime. Seperti kata R. Ahmad Yusuf dalam artikelnya, karakter anime adalah perwujudan dari fantasi mereka yang tertahan di dunia nyata.
Pada mulanya, ciri fisik menjadi kriteria utama dalam memilih waifu. Wajar, lelaki pertama melihat wanita dari tampangnya. Yui Yuigahama yang berambut pendek, Mirai Kuriyama yang berkacamata, Rikka Takanashi dengan penutup matanya, atau bahkan Rias Gremory yang berdada besar.
Tiba-tiba, datanglah Nisekoi yang desain karakternya biasa-biasa saja.
Nisekoi memang bukan anime yang spesial. Alur cerita yang melibatkan satu pria dan banyak wanita telah menjadi hal lumrah pada masa itu. Meskipun demikian, ada satu hal yang menjadi pembeda di sini: hanya akan ada satu pemenang di akhir.
Tidak akan ada poligami. Sedari awal, Nisekoi sudah menunjukkan kalau akan ada yang menang dan yang kalah. Oleh sebab itu, para otaku akan terus mengikuti animenya, dan juga membaca manganya, berharap waifunya yang akan menang.
Penampilan karakter-karakter Nisekoi yang biasa-biasa saja membuat penggemar beralih ke sifatnya. Mereka mendalami anime dan manganya untuk mengenal personalita karakter tersebut lebih jauh, dan kemudian memilih waifu sesuai dengan ciri wanita yang diidamkannya.
Mereka yang suka dengan sosok yang baik hati dan penyayang akan memilih Onodera. Otaku yang tak suka kode-kodean wanita merapat ke Chitoge. Begitu pula dengan penggemar wanita tomboi, pasti merapat ke Tsugumi. Sama berlaku dengan karakter Nisekoi lainnya.
Bagi mereka yang mengikuti perang waifu ini, atau setidaknya cenderung mendukung satu karakter tertentu, besar kemungkinan pilihan mereka akan mempengaruhi pilihan waifu mereka selanjutnya, atau bahkan tipe wanita idaman mereka di dunia nyata.
Eks pendukung Chitoge cenderung mendukung Emilia, begitu pula sebagian tim Onodera yang mendukung Rem. Ya, meskipun alur cerita cinta segitiga Subaru, Emilia, dan Rem tidak sepenuhnya sama.
Kembali ke Nisekoi. Secara garis besar, anime ini tidaklah spesial. Ia datang dan pergi, sama seperti anime lainnya. Karakternya biasa saja, dan alur ceritanya pasaran. Meskipun demikian, jejaknya masih tampak dalam jiwa wibu yang pernah memihak. Waifu tak lagi hanya dipandang dari rupa, melainkan sifat yang dibawakannya. Adu personalita inilah yang akhirnya memicu perang wibu sesama wibu.
Untungnya, semua berakhir damai. Waifu tetap mustahil dipinang. Jadilah mereka kembali berkelana, mencari waifu yang dapat menyentuh hatinya...