Setelah setahun lebih pandemi COVID-19 melanda Indonesia, rasa kangen akan acara jejepangan semakin bertumbuh. Terlebih dengan situasi penanganan pandemi di Indonesia yang semakin membaik, kembalinya suasana wibu berkumpul dan bersenang-senang hanya masalah waktu.
Akhirnya, salah satu kesempatan untuk berkumpul pun tiba. miHoYo mengumumkan acara HoYo FEST, sebuah acara yang memasukkan unsur dari 3 gim miHoYo: Honkai Impact 3rd, Tears of Themis, dan Genshin Impact. Enam negara di Asia Tenggara menyelenggarakan acara ini, termasuk Indonesia. Mengingat basis penggemar tiga gim ini di tanah air, rasanya adalah sebuah kehormatan miHoYo mempercayakan Indonesia menjadi salah satu penyelenggara acaranya.
Namun, seperti halnya korporat pada umumnya, saya tetap berusaha untuk menekan ekspetasi serendah mungkin. Bagaimanapun juga, acara-acara ini tetaplah berorientasi profit, dan jelas bukan amal. Harga makanan yang disuguhkan jelas di atas rata-rata, mengingat biaya operasional restoran/kafe yang tidak murah. Kafe-kafe bertema seperti ini menjual experience, 'membawa' pengunjung sesaat ke dunia lain, beda dengan kafe pada umumnya.
Beberapa Hal Masih Bisa Dimaafkan
Mari kita bahas soal harga. Memang, harga makanan dan minuman yang ditawarkan di kafe tersebut jauh di atas rata-rata pada umumnya. Tak jarang bertebaran meme yang membandingkan 'pempek Bronya' seharga Rp 103.000 dengna pempek pinggir jalan yang harganya Rp 15.000 sudah bisa kenyang. Namun, kita harus menelusuri lebih jauh kenapa harganya bisa semahal ini.
Jika kita menelusuri laman Warung Koffie Batavia di Zomato, sejumlah makanan yang juga dijual di HoYo FEST seperti siomay, poffertjes, dan kue laba-laba berkisar antara Rp 30.000 hingga Rp 40.000. Minuman juga berada di range harga yang sama.
Terdengar mahal memang, tapi kita juga harus ingat bahwa kafe ini bertempat di Grand Indonesia, salah satu mall bergengsi di Jakarta. Biaya sewa, karyawan, bahan makanan, dan biaya operasional lainnya tidak murah. Lain dengan warung pinggir jalan yang biaya operasionalnya lebih murah.
Setelah dikurangi harga makanan, masih ada sisa Rp 20.000 sampai Rp 25.000. Biaya ini sebagian perlu dibayar ke miHoYo selaku pemegang IP dari ketiga gim ini. Belum lagi harga merchandise yang termasuk dalam paket makanan. Tak heran jika ada peraturan yang mengharuskan pengunjung untuk membeli makanan terlebih dahulu sebelum membeli merchandise, sebuah peraturan yang sebenarnya wajar untuk kafe bertema seperti ini.
Mengutip kata sejumlah warganet: "Berarti target pasarnya bukan Anda."
Harga Tinggi, Ekspetasi Tinggi
Pepatah lama mengatakan: "Ada harga, ada rupa". Semakin tinggi yang harus kamu bayar, tentu ekspetasi kamu terhadap produk/jasa tersebut juga akan semakin tinggi, meskipun kamu telah berusaha untuk tidak berharap banyak. Hal tersebut juga terjadi pada HoYo FEST Indonesia ini.
Komplain masalah harga di atas tidak hanya datang dari kaum mendang-mending yang hanya ikut menghujat, tapi juga dari 'kaum sultan' yang telah menggalang buana ke berbagai kafe bertema, baik di dalam maupun luar negeri, sudah jelas target pasarnya HoYo FEST. Mereka sudah tahu mahalnya kafe bertema, tetapi mereka tetap kecewa atas experience yang disajikan.
5 November 2021, HoYo FEST hari pertama digelar dengan tema Honkai Impact 3rd. Setelah memasuki kafe, hampir tidak terasa nuansa Honkai sama sekali. Dekorasi terbilang minim, hanya tempelan karakter dan merchandise berjejer, tidak lebih. Penyajian makanan juga terkesan asal-asalan, tidak mencerminkan kafe bertema. Di satu kasus, ada yang mendapati pempeknya masih ada gumpalan tepung.
Memang realita dapur menyeramkan, terlebih kalau lagi ramai. Kesalahan seperti di atas bisa saja terjadi. Tetapi pengunjung tetap berpegang teguh dengan prinsip "ada harga ada rupa" di atas.
'Mendang-mending' dengan Negara Lain
Kecewa dengan HoYo FEST Indonesia, warganet mulai membandingkannya dengan HoYo FEST serupa di negara lain. Benar saja, HoYo FEST di negara lain terkesan jauh lebih niat dibanding di Indonesia.
Ambil contoh negeri jiran Malaysia, di mana mereka menggandeng myBurgerLab untuk menggelar HoYo FEST di Kuala Lumpur. myBurgerLab sendiri dikenal sebagai kedai burger yang harganya di atas rata-rata. Gelaran HoYo FEST di sana juga jauh dari kata sempurna, tetapi mereka terus berkomunikasi dengan pelanggan dan menjawab keluhan mereka, menjadi bahan evaluasi untuk ke depannya.
Di Singapura, Aniplus Cafe menjadi tempat diselenggarakannya HoYo FEST. Kafe ini memang sudah dikenal sebagai kafe bertema anime sejak dulu, sehingga mereka lebih punya banyak pengalaman dengan event serupa. HoYo FEST Singapura juga tak luput dari komplain, terutama perihal merchandise yang cepat habis. Masalah ini juga ditemukan di Malaysia dan Indonesia. Sejumlah masalah lainnya juga ditemukan, seperti pesanan lama dan bento yang sudah dingin. Tapi secara garis besar, HoYo FEST Singapura masih sedikit lebih baik dibandingkan Indonesia.
Apa yang Bisa Ditingkatkan?
Setelah hari pertama penuh drama, HoYo FEST Indonesia di hari ketiga mulai menunjukkan tanda peningkatan. Penyajian pempek Rp 103.000 sudah lebih rapi, lengkap dengan pernak pernik HoYo FEST. Sayangnya, tidak semua pelanggan mendapat perlakuan serupa. Dekorasi ruangan masih minim, sama seperti hari pertama.
Ulasan di hari ketiga ini menunjukkan ada beberapa hal dari HoYo FEST yang bisa diperbaiki, dan ada pula yang tidak. Urusan penyajian makanan dan humas bisa diatur, tapi dekorasi ruangan dan musik yang diputar mungkin akan lebih sulit, mengingat mereka masih harus patuh terhadap aturan mall dan pemerintah setempat terkait protokol COVID-19.
Kita tidak tahu apa deal-deal yang terjadi di belakang layar, tetapi hal ini tidak mengubah fakta bahwa Warung Koffie Batavia memang belum siap untuk menggelar kafe bertema dengan volume tamu yang banyak seperti HoYo FEST. Bukan berarti kafe ini jelek, tetapi perlu diingat bahwa mayoritas pengunjung kafe ini adalah boomer dan generasi X yang kurang suka makanan kekinian yang aneh-aneh. Masih banyak kafe di luar sana yang lebih milenial, bertema, dan siap untuk menerima gelaran seperti HoYo FEST ini.
Tentu kita juga mempertanyakan miHoYo yang seakan lepas tangan. Mulai dari pemilihan kafe yang tidak sesuai, lambannya miHoYo menjawab keluhan dari tempat penyelenggara, hingga masalah merchandise yang tak hanya terjadi di Indonesia. miHoYo sudah menetapkan batas pembelian merchandise agar tak terjadi penimbunan barang, tapi jumlah merchandise yang dikapalkan juga sedikit dan seringkali terlambat. Baik Warung Koffie Batavia, myBurgerLab, maupun Aniplus Cafe juga tak bisa berbuat apa-apa perihal ini.
Meskipun demikian, masih ada waktu untuk berbenah. HoYo FEST Honkai Impact 3rd masih terus berlanjut hingga 16 November, diikuti dengan Tears of Themis (19-30 November) dan Genshin Impact (3-14 Desember). Daftar menu untuk Tears of Themis sudah dirilis, dan lagi-lagi menimbulkan pro-kontra di antara penggemar.
Bagaimana dengan Genshin Impact? Sampai saat ini, masih belum ada info lebih lanjut terkait menu makanan yang akan disajikan. Tampaknya, baik pihak miHoYo maupun kafe yang bermitra harus lebih hati-hati dengan penggemar Genshin, yang sudah pasti lebih banyak dibanding Honkai atau Themis. Masih ingat dampak kekecewaan penggemar Genshin terhadap anniversary kemarin? Wuihhhh.... Mengerikan!